Sempat Langka, BI Minta Uang Logam Jangan Disimpan

Reporter

Senin, 6 Juni 2016 20:53 WIB

Seseorang memperlihatkan uang logam pecahan Rp 5 tahun emisi 1974 di Jakarta, Minggu (15/4). TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Bandung - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Rosmaya Hadi K meminta masyarakat tidak menggunakan uang kecil pecahan logam untuk bertransaksi. “Jangan hanya disimpan untuk koleksi, tapi untuk ditransaksikan, atau disetor ke bank,” kata dia di Bandung, Senin, 6 Juni 2016.

Rosmaya meminta agar uang pecahan logam yang tidak dipergunakan bisa disetor di bank dalam bentuk tabungan. Agar memudahkan penyetoran agar uang pecahan itu sudah dipisah-pisah sesuai nominalnya. “Tukarkan ke bank atau transaksikan,” kata dia.

Kepala Divisi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah, Bank Indonesia Perwakilan Jawa Barat Mikael Budisatrio mengatakan, sengaja meminta masyarakat melakukan itu karena uang logam merupakan pecahan yang sulit kembali lagi ke bank. “Kalau balik, kita sortir lagi mana yang harus dihancurkan, mana yang kita cuci untuk diedarkan kembali. Artinya kita tidak perlu nyetak terus,” kata dia di Bandung, Senin, 6 Juni 2016.

Mikael mengatakan, yang pecahan logam yang kembali ke Bank Indonesia hanya 20 persen dari seluruh uang logam yang di cetak. Berbeda dengan uang kertas yang relatif lebih banyak yang kembali. “Di jawa Barat itu banya uang yang masuk, misalnya kita mengedarkan Rp 5 triliun yang kembali bisa Rp 8 triliun, sehingga uang kertas yang tidak layak edar banyak masuknya di Jawa Barat,” kata dia.

Minimnya setoran uang nasabah berupa uang recehan sempat membuat uang logam langka saat dibutuhkan. “Beberapa waktu lalu naiknya tarif tol mengakibatkan beberapa bank mengalami kelangkaan untuk uang logam, bukan karena gak ada, tapi ada kenaikan kebutuhan,” kata Mikael.

Mikael mengatakan, situasi kesulitan mendapatkan uang pecahan logam sempat dialami bank yang bekerja sama dangan pengelola tol Jasa Marga. Kantor pusat Bank Indonesia sempat membantu mengirim tambahan uang logam untuk memenuhi kebutuhan uang receh untuk transaksi di jalan tol. “Kondisinya sekarang sudah tdiak ada masalah,” kata dia.

Mikael mengatakan, kebutuhan uang receh sempat naik di Jawa Barat gara-gara kebijakan pemerintah menaikkan tarif tol. Mayoritas uang receh yang menjadi uang kembalian pembayaran tol saat itu Rp 500. “Sekarang sudah tidak masalah, tapi kami tetap menghimbau agar uang logam itu digunakan, kalau tidak bisa di simpan ke perbankan,” kata dia.

Dia menjamin, perbankan akan menerima setoran yang receh itu karena Bank Indonesia sudah meminta semua bank menerima setoran uang receh. “Tapi tolong dibantu masyarakat agar setorannya sudah terdominasi, yang ribuan-rbuan, ratusan dengan ratusan, jadi gampang menyetornya biar diganti dengan uang kertas,” kata Mikael.

AHMAD FIKRI



Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

2 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

2 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

3 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

3 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

5 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

6 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Keunikan Stadion Siliwangi, Lokasi Konser Sheila on 7 di Bandung, Pernah jadi Markas Tim Sepak Bola Militer Belanda

6 hari lalu

Keunikan Stadion Siliwangi, Lokasi Konser Sheila on 7 di Bandung, Pernah jadi Markas Tim Sepak Bola Militer Belanda

Di Bandung, Sheila on 7 akan mangung di Stadion Siliwangi. Awalnya stadion itu bernama lapangan SPARTA, markas tim sepak bola militer Hindia Belanda.

Baca Selengkapnya