GE Lighting Tutup Pabrik di Yogyakarta Akhir Juni
Editor
Rully Widayati
Kamis, 2 Juni 2016 08:27 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - General Electric Lighting akan menutup fasilitas produksi lampu di Yogyakarta pada akhir kuartal II/2016 dikarenakan menurunnya volume produksi pabrik akibat peralihan permintaan konsumen.
Corporate Communications Leader GE Indonesia Ariavita Purnamasari mengatakan kapasitas produksi pabrik hanya mencapai 25 persen dari kapasitas total, akibat beralihnya permintaan pelanggan.
“Ya, produksi akan berakhir akhir Juni, kami telah menginformasikan kepada para pengurus serikat pekerja di pabrik Yogyakarta,” tutur Ariavita kepada Bisnis melalui pernyataan tertulis, Rabu, 1 Juni 2016.
Fasilitas produksi GE Lighting di Yogyakarta memproduksi lampu seperti, lampu linear fluorescent (LFL), lampu fluorescent com pact (FCL), serta energy efficient softwhite (EESW). Peralihan permintaan konsumen, me nu rutnya, mengarah pada produk-produk lampu yang lebih hemat energi, tahan lama serta hemat biaya operasional dan perawatan.
Selama ini, GE Lighting telah menanam investasi lebih dari US$ 470 ribu di pabrik Yogyakarta selama beberapa tahun terakhir untuk memenuhi kebutuhan pa sar. Dia menambahkan penutupan pabrik di Yogyakarta tidak akan mengubah kegiatan operasional GE Lighting dan komitmen jangka panjang perusahaan di Asia dan Indonesia. “Ini adalah ke putusan yang sulit dan kami me nanganinya dengan sangat serius. Kami akan terus melayani para pelanggan dengan solusi dan layanan berkualitas tinggi,” tambahnya.
PT GE Lighting Indonesia terletak di Sleman dengan tenaga kerja lebih dari 400 karyawan. Perusahaan memastikan para karyawan yang terkena dampak dari penutupan pabrik ini akan mendapatkan kompensasi.
Data dari website resmi GE Light ing menyebutkan, pabrik lampu pijar hingga ultra violet ini, awal mulanya didirikan oleh Sinar Baru Electric (Sibalec) pada 1986.
Kemudian pada 1996, Sibalec dan GE melakukan kerja sama dengan kepemilikan masing–masing 13 persen : 87 persen dan diakuisisi penuh pada 2002.
Sebelumnya, pada awal tahun ini, PT Panasonic Gobel juga melakukan penggabungan dua unit usahanya. Menurut manajemen Panasonic, restrukturisasi dua unit usaha itu sebagai upaya memperkuat unit usaha di bidang perlampuan karena permintaan lampu hemat energi jenis compact fluorencent lamp (CFL) terus turun.
Presiden Direktur dan Kepala Per wakilan Panasonic di Indonesia Ichiro Suganuma waktu itu menjelaskan kalau sejak 1 Januari tahun ini perusahaan melakukan penggabungan usaha dua perusahaan, yaitu PT Panasonic Lighting Indonesia yang memproduksi memproduksi lampu jenis CFL (hemat energi) dengan 90 persen ekspor ke Jepang dengan PT Panasonic Gobel Eco Solution Manu facturing Indonesia yang memproduksi lampu LED dan luminer.
Dihubungi terpisah, Ketua Asosiasi Industri Perlampuan Listrik Indonesia (Aperlindo) John Manoppo mengatakan secara pasar, lampu yang diproduksi GE Lighting sulit mendapatkan pasar karena tren pemakaian produk bergeser.
“Dua tahun lalu sepertinya mereka ekspansi untuk produksi lampu halogen pijar, tapi itu untuk ekspor. Produksinya mahal, sementara jualnya tak bisa mahal,” kata John.
Menurut John, jika GE Lighting ingin bertahan, perusahaan dapat mengganti mesin produksi tanpa harus menutup fasilitas produksi. “Mereka sudah punya jalur distribusi, tenaga kerjanya tinggal di tingkatkan keahliannya,” tambahnya.
Potensi pasar lampu di Indo nesia, berdasarkan data Aperlindo setiap tahunnya selalu meningkat.
Pada 2015, kebutuhan lampu di Indonesia mencapai 300 juta unit per tahun, 240 juta unit masih harus diimpor dari Cina. Konsumsi lampu LED meningkat dari 40 juta unit pada 2014 menjadi 80 juta unit pada 2015.
BISNIS.COM