Pemerintah Akan Ekspor Jasa TIK ke Australia

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Jumat, 20 Mei 2016 23:01 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah berupaya mendorong ekspor jasa bidang teknologi informasi dan komunikasi ke Australia dengan mengikuti pameran CeBIT Australia 2016 pada 2-4 Mei 2016.

Pameran itu bisa menjadi sarana bagi pelaku usaha Indonesia untuk meningkatkan ekspor jasa ke Negeri Kanguru tersebut, kata Atase Perdagangan Canberra Nurimansyah dalam siaran pers yang diterima, Jumat, (20 Mei 2016)

"Keikutsertaan Indonesia di pameran CeBIT Australia 2016 menunjukkan upaya Indonesia mendorong ekspor sektor jasa TIK ke Australia," katanya.

Empat perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang TIK telah mengikuti pameran CeBIT Australia 2016 yang diadakan di Sydney Olympic Park, dan merupakan pameran terbesar di kawasan Asia Pasifik. Pameran itu menjadi salah satu sarana bagi industri digital Indonesia untuk meningkatkan ekspor jasa TIK.

Keempat perusahaan tersebut yaitu Amirage.J.Spot yang mempromosikan aplikasi Augmented Reality untuk mobile devices. Nurimansyah menilai para pengusaha Indonesia punya kelebihan untuk bersaing dan merebut pasar TIK di Australia.

"Peluang bagi perusahaan-perusahaan jasa TIK Indonesia sangat besar karena biaya produksi jasa pembuatan aplikasi di Australia jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan Indonesia," kata Nurimansyah.

Pada kesempatan ini, Nurimansyah meminta para pengusaha nasional untuk terus meningkatkan kemampuan dan keahlian di bidang TIK, supaya mampu bersaing dengan negara-negara lainnya dalam menghasilkan produk yang baik dan tepat guna.

Menurut Nurimansyah, masyarakat Australia hampir sepenuhnya memanfaatkan teknologi di kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan data dari Interactive Advertising Bureau (IAB), Australia dengan jumlah populasi penduduk sebesar 24 juta, mempunyai jumlah pengguna internet sebesar 21,8 juta. Namun jumlah smart phone yang digunakan di Australia melebihi jumlah penduduknya, yaitu sebanyak 30 juta unit.

Selama tiga hari berpameran, keempat perusahaan yang tergabung dalam Paviliun Indonesia ini berpotensi memperoleh transaksi sebesar 241 ribu dolar AS, atau lebih dari Rp3,1 miliar. Salah satu peserta yaitu PT Sydeco, dari Yogyakarta, berhasil menarik minat Pemerintah Negara Bagian New South Wales.

Pemerintah New South Wales akan menjalin kerja sama guna mengembangkan sistem pembayaran nirkabel yang disesuaikan dengan pasar Australia.

CeBIT Australia 2016 diikuti oleh lebih dari 300 peserta yang berasal dari Australia, Filipina, India, Indonesia, Jerman, dan Pakistan. Keikutsertaan Indonesia terwujud melalui sinergi KBRI Canberra, KJRI Sydney, dan ITPC Sydney.

Dalam pameran tersebut, perusahaan Sydeco mempromosikan produk sistem pembayaran nirkabel. Sementara perusahaan Ayena Studio membawa jasa animasi dan desain karakter. Selanjutnya perusahaan Evotek mempromosikan perangkat lunak untuk manajemen bisnis.

"Partisipasi Indonesia di pameran CeBIT Australia 2016 diharapkan mampu mendorong hubungan dagang antara Indonesia dan Australia, meningkatkan ekspor jasa TIK khususnya, serta meningkatkan jaringan people-to-people di antara kedua negara," kata Nurimansyah.

ANTARA

Berita terkait

Pilih Unpad di SNMPTN? Cek Persaingan Kuota Jurusan TI dan Manajemen di Sini

15 Februari 2022

Pilih Unpad di SNMPTN? Cek Persaingan Kuota Jurusan TI dan Manajemen di Sini

Pendaftar SNMPTN yang memilih Teknik Informatika atau Manajemen di Unpad siap-siap bersaing ketat. Memperebutkan satu kursi dari puluhan pelamar.

Baca Selengkapnya

BNI Alokasikan Capex TI 3 persen dari Pendapatan

10 Februari 2022

BNI Alokasikan Capex TI 3 persen dari Pendapatan

BNI menggunakan capex TI untuk pengembangan fitur-fitur yang relevan dengan kebutuhan layanan perbankan digital nasabah sebagai bank digital dengan keunggulan bisnis global.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kalah Soal TI dari Malaysia, Ini Kata Tokopedia

16 Oktober 2019

Indonesia Kalah Soal TI dari Malaysia, Ini Kata Tokopedia

Tokopediamenyebut bahwa saat ini pemerintah tengah berfokus dalam pengembangan SDM di sektor teknologi.

Baca Selengkapnya

Rudiantara Paparkan Belanja ICT Rendah ke Jokowi

14 Oktober 2019

Rudiantara Paparkan Belanja ICT Rendah ke Jokowi

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menunjukkan data bahwa belanja infrastruktur teknologi komunikasi dan informasi (ICT) Indonesia rendah.

Baca Selengkapnya

500 Startup di Dalam Negeri Kekurangan Tenaga TI

16 Juli 2018

500 Startup di Dalam Negeri Kekurangan Tenaga TI

Perusahaan marketplace talenta teknologi, Ekrut, mencatat terdapat lebih dari 500 startup lokal yang kekurangan tenaga Teknologi Informasi (TI).

Baca Selengkapnya

Cegah Terkena Ransomware, Masyarakat Diminta Terapkan 4 Hal Ini

1 Juli 2017

Cegah Terkena Ransomware, Masyarakat Diminta Terapkan 4 Hal Ini

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menghimbau masyarakat menerapkan empat kebiasaan penting agar terhindar dari serangan ransomware.

Baca Selengkapnya

Live Streaming Diprediksi Semakin Populer Tahun Ini

16 Januari 2017

Live Streaming Diprediksi Semakin Populer Tahun Ini

"Sejak internet lebih mudah. Dulu, pakai pulsa. Sekarang paket data, ponsel lebih ringan buat buka apa pun,"

Baca Selengkapnya

Aturan Right To Be Forgotten Menunggu Peraturan Pemerintah  

28 November 2016

Aturan Right To Be Forgotten Menunggu Peraturan Pemerintah  

Apakah akan diberikan kepada orang yang telah diputuskan tidak bersalah oleh pengadilan atau yang sudah menjalani hukuman.

Baca Selengkapnya

Pengguna Ponsel Indonesia Rata-rata Pakai 31 Aplikasi  

25 November 2016

Pengguna Ponsel Indonesia Rata-rata Pakai 31 Aplikasi  

Data yang berasal dari Teknopreneur ini menyatakan bahwa sebanyak 38 persen aplikasi yang dipasang adalah games.

Baca Selengkapnya

Wapres: Pelaku Industri Informatika Harus Terus Berinovasi  

31 Agustus 2016

Wapres: Pelaku Industri Informatika Harus Terus Berinovasi  

Pameran ICT diharapkan menjadi tempat belajar meningkatkan dan mengembangkan teknologi informatika karena pengguna Internet Indonesia sangat besar.

Baca Selengkapnya