Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I di Bawah Perkiraan BI

Reporter

Kamis, 19 Mei 2016 23:04 WIB

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman Hadad, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan Halim Alamsyah memberikan keterangan pers usai menggelar rapat pertama Komite Stabilitas Sistem Keuangan di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, 13 Mei 2016. Tempo/Angelina Anjar Sawitri

TEMPO.CO, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi domestik triwulan I 2016 mencapai 4,92 persen. Bank Indonesia optimistis pertumbuhan membaik di triwulan berikutnya. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, pertumbuhan lebih rendah dari perkiraan BI yang di atas 5 persen.

"Hal ini disebabkan oleh terbatasnya pertumbuhan konsumsi pemerintah dan investasi swasta di tengah akselerasi pengeluaran belanja modal pemerintah," kata Agus dalam konferensi pers di kantornya, Kamis, 19 Mei 2016.

Agus mengatakan, konsumsi rumah tangga yang tumbuh cukup kuat mendukung pertumbuhan. Ditambah lagi dengan perkembangan harga yang terjaga. Kinerja ekspor secara keseluruhan juga membaik sejalan dengan peningkatan ekspor beberapa komoditas.

Di sisi spasial, Agus berujar, perlambatan ekonomi pada triwulan I ini terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Beberapa provinsi berbasis sumber daya migas, seperti Kalimantan Timur dan Papua, mengalami kontraksi.

Agus optimistis ekonomi domestik akan meningkat seiring berjalannya waktu. "Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan-triwulan mendatang akan meningkat," kata Agus. Tahun ini BI memperkirakan pertumbuhan tahunan masih cukup tinggi yakni 5-5,4 persen; sedikit lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 5,2-5,6 persen.

Menurut dia, pertumbuhan akan didorong oleh peningkatan dan optimalisasi stimulus fiskal pusat maupun daerah. "Khususnya terkait dengan percepatan pembangunan proyek infrastruktur," katanya.

BI juga memprediksi konsumsi rumah tangga terus membaik seiring dengan terjaganya inflasi dan meningkatnya ekspektasi pendapatan. Percepatan implementasi paket kebijakan ekonomi pemerintah juga diharapkan mampu meningkatkan investasi dan ekspor.

"Khususnya upaya untuk meningkatkan daya saing dan iklim investasi serta pelonggaran kebijakan moneter," katanya. Agus mengungkapkan, ekonomi global juga diperkirakan tumbuh lebih lambat pada 2016. "Pemulihan ekonomi Amerika Serikat masih belum solid," katanya.

Indikasi perlambatan terlihat dari melemahnya konsumsi, beberapa indikator ketenagakerjaan, serta masih rendahnya inflasi. Menurut Agus, kondisi ini diperkirakan akan mendorong bank sentral Amerika Serikat, The Fed, untuk tetap berhati-hati menyesuaikan suku bunga Fed Fund Rate(FFR).

"Pertumbuhan ekonomi Eropa juga masih terbatas dan dibayangi isu Brexit (keluarnya Inggris dari Uni Eropa)," kata Agus. Sedangkan perekonomian Jepang masih terus tertekan. Kondisi tersebut mendorong berlanjutnya pelonggaran kebijakan moneter di negara-negara maju, termasuk melalui penerapan suku bunga negatif.

Di sisi lain, ekonomi Cina mulai membaik meski masih berisiko. Agus mengatakan penguatan ditopang sektor konstruksi dan real estate.

Di pasar komoditas, harga minyak dunia diperkirakan tetap rendah akibat tingginya pasokan di tengah permintaan yang masih lemah. "Namun, harga beberapa komoditas ekspor Indonesia membaik, seperti CPO, timah, dan karet," kata Agus.

VINDRY FLORENTIN

Berita terkait

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

5 jam lalu

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

Proyek pembangunan bandara AH Nasution ini mulai dibangun pada 2020 dengan anggaran sebesar Rp 434,5 miliar.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

19 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

23 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

1 hari lalu

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

1 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

1 hari lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

1 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

4 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya