TEMPO Interaktif, Jakarta:Pemerintah menghitung adanya penghematan Rp 30 triliun, jika subsidi minyak dialihkah ke gas dalam tabung (elpiji) dilakukan. Menurut Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzeta, pengalihan subsidi minyak ke elpiji secara signifikan mampu menekan anggaran subsidi minyak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Selain itu, secara jangka panjang sumber daya minyak bumi bisa lebih dihemat. Dia menjelaskan, jika diversifikasi energi ini berhasil, negara bisa berhemat sekitar Rp 30 triliun per tahun. “Misalnya, kalau bisa melakukan diversifikasi segera, dari anggaran subsidi minyak Rp 54 triliun pada tahun ini, anggaran akan tinggal Rp 24 triliun,” kata Paskah kepada pers kemarin. Pada pandangannya, sumber energi alternatif di tanah air berlimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu diperlukan infrastruktur yang memadai untuk memanfaatkan energi alternatif seperti gas (elpiji). Pemerintah harus berani mengeluarkan modal besar untuk menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan. Dalam perhitungannya, pemerintah hanya perlu mengeluarkan modal US$ 5 miliar atau Rp 50 triliun. Dalam tempo lima tahun, negara bisa berhemat US$ 15 miliar atau US$ 3 miliar per tahun. Paskah mengungkapkan, ide tersebut sudah dibahas di sidang kabinet dan akan segera direalisasikan. “Kami berharap tahun depan sudah ada gerakan penghematan dengan diversifikasi energi.” Pemerintah rencananya tidak memberikan subsidi penyediaan tabung dan kompor gas kepada masyarakat. Namun, dijanjikan harga tabung dan kompor gas akan ditekan. Di tempat terpisah, Staf Khusus Menko Perekonomian M. Ikhsan menambahkan, pemerntah memang sedang mendorong masyarakat menggunakan elpiji. Karena subsidi elpiji lebih sedikit dibandingkan minyak tanah. "Subsidi elpiji hanya butuhkan dana sekitar Rp 6 triliunan, sedangkan minyak tanah butuh Rp 40 triliun," ujar M. Ikhsan. Untuk itu, pemerintah ada rencana melakukan subsidi untuk tabung gas. Jika berhasil, harga minyak tanah akan dilepas sesuai dengan harga pasar. "Seharusnya dilepas, tapi untuk sementara belum. Kita dorong secara alamiah dahulu. Jadi pelan-pelan akan dilepas,” tutur Ikhsan. agus supriyanto/yudha setiawan