Ekspresi Wakil Presiden Jusuf Kalla saat mengikuti rapat terbatas di Kantor Presiden, Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, 25 April 2016. Dari lawatan ke empat negara Eropa, total investasi yang bisa diboyong ke Indonesia mencapai US$ 20,5 miliar atau setara Rp 266,5 triliun. TEMPO/Subekti.
TEMPO.CO, Jakarta - Penyerapan anggaran kementerian pada triwulan pertama 2016 dinilai masih rendah. Ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi cuma berada di angka 4,92 persen.
Namun Wakil Presiden Jusuf Kalla optimistis penyerapan anggaran pada triwulan kedua akan lebih baik. "Optimistis di triwulan II meningkat, karena program pemerintah, proyek-proyek hampir sudah jalan, sudah tender," kata Kalla, Selasa, 10 Mei 2016, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta.
Kalla berujar, rendahnya penyerapan anggaran pada triwulan I 2016 bisa dipahami karena awal tahun banyak proyek yang masih dalam proses tender.
Meski dianggap rendah, diingatkan bahwa penyerapan di triwulan I 2016 masih lebih baik dibanding triwulan II tahun sebelumnya. "Tapi memang lebih rendah dibanding triwulan terakhir tahun lalu."
Rendahnya penyerapan anggaran kementerian membuat Presiden Joko Widodo kecewa. Dalam rapat paripurna di Istana Kepresidenan, Jokowi menyinggung rendahnya angka pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2016 yang cuma 4,92 persen.
Presiden menduga rendahnya pertumbuhan ekonomi itu akibat rendahnya belanja modal dan barang oleh kementerian. Menurut data, hanya dua-tiga kementerian yang melakukan belanja modal dan barang dengan benar, yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perhubungan.
Kalla menuturkan Kementerian Pekerjaan Umum bagus dalam penyerapan anggaran karena sudah menyiapkan tender sejak awal. "Kementerian Pekerjaan Umum sudah menyiapkan tender jauh-jauh sebelumnya. Jalan diperpanjang dan macam-macam. Kementerian lain belum sebaik itu," ucapnya.