Laju Pasar Obligasi Masih Berada di Zona Merah
Editor
Setiawan Adiwijaya
Senin, 2 Mei 2016 09:38 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Riset NongHyup Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan laju pasar obligasi masih berada di zona merah akibat belum adanya sentimen positif. "Pelaku pasar masih dalam posisi melepas barang seiring antisipasi sentimen yang ada," ucap Reza dalam keterangan tertulis, Senin, 2 Mei 2016. Sentimen negatif lain adalah laju rupiah yang stagnan cenderung melemah yang terimbas turunnya harga minyak mentah.
Pasar obligasi global pun melemah dengan maraknya aksi jual investor global. Pergerakan yield untuk masing-masing tenor pendek (1-4 tahun) rata-rata mengalami kenaikan yield 3,70 bps; tenor menengah (5-7 tahun) naik sebesar 4,34 bps; dan tenor panjang (8-30 tahun) naik 3,27 bps.
Baca Juga: IHSG Masih Terpenjara di Zona Merah
Dengan maraknya aksi jual, laju pasar obligasi kembali mengalami pelemahan. Tak terkecuali pada seri benchmark, antara lain pada FR0053 yang memiliki waktu jatuh tempo ±6 tahun dengan harga 103,88 persen dan yield 7,34 persen atau naik 0,39 bps dari sehari sebelumnya di harga 103,90 persen dan yield 7,33 persen. Untuk FR0072 yang memiliki waktu jatuh tempo ±20 tahun harganya 103,78 persen dan yield 7,87 persen atau naik 9,38 bps dari sehari sebelumnya di harga 104,74 persen dan yield 7,78 persen.
Pada perdagangan akhir pekan lalu, rata-rata harga obligasi pemerintah yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price turun -0,27 bps di level 112,82 dari 113,12. Sementara itu, rata-rata harga obligasi korporasi di INDOBeX Corporate Clean Price turun -0,11 bps di level 106,84 dari 106,95.
Laju yield obligasi korporasi cenderung bergerak sideways. Obligasi korporasi dengan rating AAA dengan yield untuk tenor 9-10 berada di level 9,54-9,55 persen. Obligasi korporasi dengan rating AA dengan yield untuk tenor 9-10 tahun berada di angka 9,70-9,74 persen. Untuk yield rating A dengan tenor 9-10 tahun berada di level 10,85-10,90 persen. Sedangkan rating BBB ada di angka 13,56-13,57 persen.
VINDRY FLORENTIN