Siapkan Rp 44 Triliun, Pemerintah Perkuat Pendidikan Kejuruan  

Reporter

Editor

Zed abidien

Selasa, 19 April 2016 14:34 WIB

Karyawan PT Astra Honda Motor (AHM) tengah melakukan pengetesan Honda New MegaPro di pabrik perakitan AHM di Jalan Pegangsaan, Jakarta Utara. (Dok. AHM)

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli bersama Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri berencana meningkatkan program pelatihan kejuruan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.

"Bayangkan, selama ini kita mengeluarkan anggaran Rp 414 triliun per tahun untuk pendidikan umum," kata Menteri Rizal saat menggelar pertemuan dengan Hanif di kantornya pada Selasa, 19 April 2016.

Menteri Rizal mengatakan idealnya Indonesia tidak meniru sistem pendidikan Amerika Serikat dan Inggris. Menurut dia, sistem pendidikan yang umum membuat sumber daya manusia Indonesia hanya jago di sektor keilmuan dan biasanya lemah di sektor skill.

Seharusnya, kata Rizal, Indonesia meniru Jerman dan Swiss, yang memperbanyak sekolah politeknik dan kejuruan. Hasilnya, kualitas tenaga kerja di Jerman dan Swiss sangat profesional. "Yang bagus seperti itu."

Karena itu, dalam empat tahun ke depan, ia berencana menggelontorkan Rp 44 triliun untuk mengadakan program pendidikan vocational training dan vocational education. Pemerintah akan bekerja sama dengan sejumlah negara sahabat dan sektor swasta. Rizal juga menggandeng Kementerian Tenaga Kerja untuk memperbaiki kualitas Balai Latihan Kerja Industri.

Menurut Menteri Hanif, pemerintah sedang menggenjot percepatan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja yang profesional. Pihaknya membutuhkan dukungan dari seluruh kementerian di sektor teknis. Tujuannya agar program peningkatan kualitas sumber daya dapat cepat terlaksana.

Dalam waktu dekat ini, Menteri Rizal dan Hanif akan membahas usulan ini ke Presiden Joko Widodo agar segera disetujui. Menurut Rizal, pemerintah saat ini tidak hanya menggenjot pembangunan infrastruktur, tapi juga menggenjot peningkatan sumber daya manusia. Dia takut, setelah MEA diberlakukan, sejumlah profesi akan dibanjiri tenaga kerja asing yang lebih profesional dan tersertifikat.

Selama ini, di sejumlah sektor industri, masih ada kesenjangan skill di antara kalangan tenaga kerja. Bahkan, berdasarkan temuan Hanif, banyak buruh yang dibayar murah karena tak memiliki skill yang memadai. Sebaliknya, hanya sedikit pekerja yang dibayar mahal karena profesionalitas skill-nya.

AVIT HIDAYAT

Berita terkait

Survei Buktikan Jobseeker dengan Keterampilan AI Lebih Laku di Pasar Tenaga Kerja

5 hari lalu

Survei Buktikan Jobseeker dengan Keterampilan AI Lebih Laku di Pasar Tenaga Kerja

Keterampilan menguasai AI semakin dicari oleh perusahaan di skala global. Belum diimbangi skema pendidikan yang tepat.

Baca Selengkapnya

Lowongan Kerja Tergerus AI, Pakar Unair: Pekerja Skill Rendah Semakin Tertekan

12 hari lalu

Lowongan Kerja Tergerus AI, Pakar Unair: Pekerja Skill Rendah Semakin Tertekan

Pakar Unair mewanti-wanti regulator soal bahaya AI terhadap dunia kerja. AI bisa menyulitkan angkatan kerja baru, terutama yang memiliki skill rendah.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Jepang Krisis Tenaga Kerja Hingga Profil Cawapres AS Nicole Shanahan

39 hari lalu

Top 3 Dunia: Jepang Krisis Tenaga Kerja Hingga Profil Cawapres AS Nicole Shanahan

Berita Top 3 Dunia pada Rabu 27 Maret 2024 diawali oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia mengungkap alasan negaranya membuka banyak loker bagi WNI

Baca Selengkapnya

Jepang Krisis Tenaga Kerja, Butuh Banyak Pekerja dari Indonesia

40 hari lalu

Jepang Krisis Tenaga Kerja, Butuh Banyak Pekerja dari Indonesia

Duta Besar Jepang untuk Indonesia mengungkap alasan negaranya banyak membuka lowongan kerja bagi warga negara Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jerman Krisis Tenaga Kerja, Minta Pelajar Sopiri Trem

42 hari lalu

Jerman Krisis Tenaga Kerja, Minta Pelajar Sopiri Trem

Jerman sedang mengalami krisis tenaga kerja sehingga meminta anak muda magang menjadi sopir trem.

Baca Selengkapnya

Kenapa Cari Kerja Susah Sekarang? Ini Penjelasannya

44 hari lalu

Kenapa Cari Kerja Susah Sekarang? Ini Penjelasannya

Pertumbuhan ekonomi RI tidak diikuti penyerapan kerja yang optimal.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Uno: Nilai Tambah Ekonomi Kreatif Capai Rp 1,4 Triliun

52 hari lalu

Sandiaga Uno: Nilai Tambah Ekonomi Kreatif Capai Rp 1,4 Triliun

Menteri Sandiaga Uno menyebut nilai tambah ekonomi kreatif mencapai Rp 1,4 triliun. Melampaui target.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Kontribusi UMKM terhadap PDB Capai 61 Persen

59 hari lalu

Jokowi Sebut Kontribusi UMKM terhadap PDB Capai 61 Persen

Jokowi mengklaim kontribusi UMKM terhadap PDB mencapai 61 persen.

Baca Selengkapnya

Sekretariat JETP Tunggu Aturan Kementerian ESDM untuk Pandu Pensiun Dini PLTU Batu Bara

29 Februari 2024

Sekretariat JETP Tunggu Aturan Kementerian ESDM untuk Pandu Pensiun Dini PLTU Batu Bara

Sekretariat Just Energy Transition Partnership (JETP) menunggu perangkat peraturan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Baca Selengkapnya

Apa Itu Tenaga Honorer? Ini Pengertian dan Perbedaannya dengan PPPK

20 Februari 2024

Apa Itu Tenaga Honorer? Ini Pengertian dan Perbedaannya dengan PPPK

Tenaga honorer merupakan bagian integral dari struktur tenaga kerja di Indonesia, terutama di sektor publik.

Baca Selengkapnya