Petugas melayani warga di Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Sulsel, 1 Juli 2015. BPJS akhirnya secara resmi beroperasi penuh mulai 1 Juli 2015, yang ditandai dengan tambahan program Jaminan Pensiun. TEMPO/Hariandi Hafid
TEMPO.CO, Jakarta - Iuran kepesertaan yang dikumpulkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan pada triwulan I 2016 mencapai Rp 10,1 triliun. Angka itu tumbuh 140 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar Rp 7,2 triliun.
Pencapaian dalam tiga bulan pertama ini membuat BPJS Ketenagakerjaan optimistis mencapai target tahunannya. "Kami optimistis pertumbuhan iuran hingga akhir tahun akan sesuai dengan target sebesar dengan pertumbuhan 124 persen dibanding pada 2015," kata Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto dalam siaran pers, Kamis, 14 April 2016.
Agus menyebutkan perolehan iuran ini sejalan dengan peningkatan kepesertaan yang tercatat per Maret 2016 sebesar 19,25 juta tenaga kerja. Jumlah itu naik 115,5 persen dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Agus mengatakan kenaikan iuran tersebut didukung upaya BPJS Ketenagakerjaan dalam melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Selain itu, kenaikan iuran tersebut sejalan dengan optimalisasi kerja sama dengan berbagai pihak, seperti lembaga pemerintah melalui pelayanan terpadu satu pintu (PTSP), pelayanan administrasi terpadu kecamatan (Paten), dan mitra strategis serta perbankan.
Selain itu, ucap Agus, pihaknya akan mengoptimalkan pengawasan dan pemeriksaan untuk memastikan pelaksanaan program jaminan sosial tenaga kerja dipatuhi seluruh masyarakat pekerja dan pengusaha. "Saat ini kami sudah memiliki petugas pengawas yang tersebar di 132 unit kerja BPJS Ketenagakerjaan di seluruh Indonesia," katanya.
Selain peningkatan kepesertaan, Agus mengatakan, BPJS Ketenagakerjaan melalui jajaran direksi yang baru akan fokus membenahi pelayanan di kantor cabang untuk masyarakat pekerja.