Pekerja mengawasi pengoperasian mesin di Kilang Minyak PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban, Jawa Timur, 11 November 2015. Pertamina menyebutkan pengoperasian kembali kilang minyak TPPI tersebut dapat menghemat devisa sebesar 2,2 miliar Dolar AS setahun karena mampu mengurangi impor BBM dan LPG. ANTARA/Widodo S. Jusuf
TEMPO.CO, Bojonegoro - Tutupnya kilang minyak milik PT Tri Wahana Universal (TWU) di Bojonegoro, Jawa Timur, menambah jumlah pengangguran.
Sebab, sebanyak 650 orang pekerja kehilangan pekerjaan. Sebelumnya, 6.350 orang pekerja di sektor minyak dan gas lebih dulu menganggur setelah dirasionalisasi oleh Blok Cepu.
Menurut data Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Bojonegoro, sejak PT TWU menyetop produksi pada Januari 2016, para pekerja yang sehari-hari menggantungkan hidupnya pada kilang minyak di Desa Sumengko, Kecamatan Sumengko, itu kebingungan.
Dampak turunannya, sektor-sektor lain, seperti pengelola jasa transportasi, rumah kos, kontrakan, dan warung makanan turut kehilangan rezeki. “Sejak PT TWU tutup, sektor-sektor usaha kecil itu ikut tutup,” ujar Kepala Dinas Tenaga Kerja Bojonegoro Adi Wicaksono, Jumat, 18 Maret 2016.
PT TWU memutuskan berhenti beroperasi karena mengaku rugi sekitar Rp 6 miliar per hari akibat tidak ada pasokan minyak mentah dari Sumur Banyuurip, Blok Cepu. Suplai ke kilang minyak PT TWU dihentikan untuk menunggu kepastian harga pasokan minyak dalam pekan-pekan ini.
Pengusaha kilang minyak dengan luas tanah 7,2 hektare ini mengaku rugi Rp 374 miliar selama ditutup. ”Ya, kalau rugi, jelas besar,” ujar Direktur Utama PT TWU Bojonegoro Rudy Tavinos.
Menurut dia, setelah harga minyak dunia turun, imbasnya sangat terasa. Kilang minyak PT TWU berkapasitas 18 ribu barel per hari. Minyak tersebut diolah untuk menghasilkan solar dan parafin. Sedangkan minyak mentah dikirim dari sumur minyak Blok Cepu sebanyak 6.000 barel per hari.
Bupati Bojonegoro Suyoto menuturkan kejadian tersebut menjadi masukan bagi pemerintah daerah untuk berbenah. Salah satunya mendorong segera dioperasikannya proyek gas di Jambaran Tiung Biru (JTB) yang dikelola Pertamina Eksplorasi Produksi Cepu (PEPC) pada 2019.
Kapasitas produksi gas di JTB ditargetkan mencapai 227 juta kubik gas bumi per hari. "Pada 2020, diperkirakan kapasitas puncak hingga 315 juta kubik," katanya.