Tahun ini, Pertamina ISC Targetkan Efisiensi Rp 1,3 Triliun
Editor
Grace gandhi
Sabtu, 12 Maret 2016 04:19 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina Integrated Supply Chain (ISC) menargetkan pada tahun kedua beroperasi bisa membukukan efisiensi sebesar US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,3 triliun. Jumlah ini menurun dari pencapaian efisiensi mereka tahun lalu sebesar Rp 2,8 triliun.
Vice President Pertamina ISC Crude Product Trading & Commercial Hasto Wibowo menjelaskan, meski nilainya diperkirakan menurun, Pertamina ISC sudah berhasil menekan kebocoran pembelian minyak dan gas bumi oleh Pertamina.
"Kami masih berjuang untuk terus menekan pengeluaran dari biaya pembelian minyak dan gas bumi," ujar Hasto di kantor pusat Pertamina, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat, 11 Maret 2016.
Pertamina ISC adalah perusahaan yang dibentuk pada Maret 2015 sebagai pengganti Petral, anak usaha PT Pertamina (Persero) yang berperan sebagai perusahaan trader migas. Setahun berdiri, Pertamina ISC berhasil melakukan efisiensi hingga US$ 208,1 juta. Jumlah ini melebihi target yang semula dipatok sebesar US$ 91,67 juta.
Menurut Hasto, sepanjang 2015, perusahaan berhasil menekan biaya pembelian migas dengan memotong perantara pada rantai suplai, peningkatan pemanfaatan dan fleksibilitas dari armada laut Pertamina, membuka peluang lebih banyak kepada vendor pengadaan migas, penerapan proses evaluasi penawaran yang transparan, dan mengurangi biaya dengan pembayaran telegraphic transfer.
Untuk tahun ini, Pertamina ISC menerapkan empat strategi untuk efisiensi. Pertama, ujar Hasto, memaksimalkan pembelian minyak mentah dari kontraktor kontrak kerja sama (K3S) migas yang beroperasi di Tanah Air. Kedua, efisiensi kegiatan pengadaan minyak mentah, elpiji, dan bahan bakar minyak jadi.
Ketiga, Pertamina membuka peluang pemrosesan minyak dan gas mentah menjadi bahan bakar di kilang di negara lain. Keempat, Hasto memaparkan, pembelian minyak dan gas mentah dari negara lain.
Pertamina ISC mengincar negara-negara penghasil migas yang baru selesai menjalani sanksi perdagangan dan memiliki cadangan migas tinggi. Biasanya, kata dia, harga yang ditawarkan produsen di negara tersebut jauh lebih rendah. "Ini bisa menguntungkan."
PRAGA UTAMA