Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Rendah

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Jumat, 11 Maret 2016 23:01 WIB

Seorang pengawas melihat ribuan pelamar kerja yang mengikuti seleksi tahap awal tenaga kerja Pasar Modal di Lapangan Tenis Indor Senayan, Jakarta, 16 Januari 2016. Tempo/ Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK) nasional 2015 sebesar 55,73 masih masuk dalam kategori menengah bawah. Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri meminta kerjasama dari dunia usaha dan serikat pekerja serta pemerintah dan DPR untuk meningkatkan IPK secara signifikan.


“Perlu ada terobosan untuk meningkatkan IPK 2016. Konsekuensinya mendorong daerah agar memberikan alokasi anggaran lebih memadai di bidang ketenagakerjaan. Ini menjadi perhatian bersama dan prioritas nasional,” katanya dalam Rapat Kerja Kemenaker bersama Komisi IX DPR di Jakarta, Kamis (10 Maret 2016).


IPK sering dianggap isu pinggiran padahal, kata Hanif, sangat penting dalam konteks pemerataan hasil pembangunan. Faktor-faktor ketenagakerjaan seperti kesenjangan antara pekerja terampil dan tidak trampil serta kesenjangan upah antarsektor turut menyumbang masalah kesenjangan sosial.


IPK juga sebagai dasar evaluasi pembangunan di masing-masing daerah dan sebagai dasar permulaan (starting point) pembangunan ketenagakerjaan. Penilaian ini juga dapat menentukan kegiatan dan program yang menjadi prioritas.


Penyusunan IPK didasarkan pada umpan balik dari keberhasilan perencanaan tenaga kerja yang telah dilakukan daerah (provinsi).


Advertising
Advertising

Indikator penilaian yakni perencanaan tenaga kerja, penduduk dan tenaga kerja, kesempatan kerja, pelatihan dan kompetensi kerja, produktivitas tenaga kerja, hubungan industrial, kondisi lingkungan kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja serta jaminan sosial tenaga kerja.


Daerah dengan IPK tertinggi yakni Kepri dengan nilai 69,16, diikuti DKI Jakarta (65,68), DIY (64,80), Kaltim (63,57), Papua Barat (62,07) dan Bali (61,77).


Sementara untuk posisi IPK terendah ditempati oleh Lampung dengan nilai IPK 49,94, Papua (48,02), Sulbar (47,81), Kalbar (47,52) dan juru kunci Maluku (43,78).


Dari hasil pengukuran IPK, ada empat isu yang harus digenjot dalam indikator utama IPK yakni pengupahan dan kesejahteraan pekerja, pelatihan dan kompetensi kerja, hubungan industrial.


“Empat indicator itu masih cukup rendah, jadi mesti digenjot melalui periodisasi program lebih baik dan alokasi anggaran lebih memadai, “ katanya.


Anggota DPR dari Fraksi PAN Ali Taher mempertanyakan alokasi APBN yang diberikan untuk Kementerian Ketenagakerjaan. Menurutnya anggaran yang ada saat ini tidak cukup bila dibandingkan dengan beban tugas untuk peningkatan kompetensi tenaga kerja Indonesia.


Padahal ketenagakerjaan merupakan hak dasar yang sangat menentukan hajat hidup orang banyak.


“Kenapa Kemenkeu hanya memberikan Rp3,8 triliun. Serius tidak sih Kemenkeu untuk berpikir meningkatkan kompetensi tenaga kerja kita yang jumlahnya sangat besar,” katanya.



BISNIS

Berita terkait

Survei Buktikan Jobseeker dengan Keterampilan AI Lebih Laku di Pasar Tenaga Kerja

4 hari lalu

Survei Buktikan Jobseeker dengan Keterampilan AI Lebih Laku di Pasar Tenaga Kerja

Keterampilan menguasai AI semakin dicari oleh perusahaan di skala global. Belum diimbangi skema pendidikan yang tepat.

Baca Selengkapnya

Lowongan Kerja Tergerus AI, Pakar Unair: Pekerja Skill Rendah Semakin Tertekan

11 hari lalu

Lowongan Kerja Tergerus AI, Pakar Unair: Pekerja Skill Rendah Semakin Tertekan

Pakar Unair mewanti-wanti regulator soal bahaya AI terhadap dunia kerja. AI bisa menyulitkan angkatan kerja baru, terutama yang memiliki skill rendah.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Jepang Krisis Tenaga Kerja Hingga Profil Cawapres AS Nicole Shanahan

38 hari lalu

Top 3 Dunia: Jepang Krisis Tenaga Kerja Hingga Profil Cawapres AS Nicole Shanahan

Berita Top 3 Dunia pada Rabu 27 Maret 2024 diawali oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia mengungkap alasan negaranya membuka banyak loker bagi WNI

Baca Selengkapnya

Jepang Krisis Tenaga Kerja, Butuh Banyak Pekerja dari Indonesia

39 hari lalu

Jepang Krisis Tenaga Kerja, Butuh Banyak Pekerja dari Indonesia

Duta Besar Jepang untuk Indonesia mengungkap alasan negaranya banyak membuka lowongan kerja bagi warga negara Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jerman Krisis Tenaga Kerja, Minta Pelajar Sopiri Trem

41 hari lalu

Jerman Krisis Tenaga Kerja, Minta Pelajar Sopiri Trem

Jerman sedang mengalami krisis tenaga kerja sehingga meminta anak muda magang menjadi sopir trem.

Baca Selengkapnya

Kenapa Cari Kerja Susah Sekarang? Ini Penjelasannya

43 hari lalu

Kenapa Cari Kerja Susah Sekarang? Ini Penjelasannya

Pertumbuhan ekonomi RI tidak diikuti penyerapan kerja yang optimal.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Uno: Nilai Tambah Ekonomi Kreatif Capai Rp 1,4 Triliun

52 hari lalu

Sandiaga Uno: Nilai Tambah Ekonomi Kreatif Capai Rp 1,4 Triliun

Menteri Sandiaga Uno menyebut nilai tambah ekonomi kreatif mencapai Rp 1,4 triliun. Melampaui target.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Kontribusi UMKM terhadap PDB Capai 61 Persen

59 hari lalu

Jokowi Sebut Kontribusi UMKM terhadap PDB Capai 61 Persen

Jokowi mengklaim kontribusi UMKM terhadap PDB mencapai 61 persen.

Baca Selengkapnya

Sekretariat JETP Tunggu Aturan Kementerian ESDM untuk Pandu Pensiun Dini PLTU Batu Bara

29 Februari 2024

Sekretariat JETP Tunggu Aturan Kementerian ESDM untuk Pandu Pensiun Dini PLTU Batu Bara

Sekretariat Just Energy Transition Partnership (JETP) menunggu perangkat peraturan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Baca Selengkapnya

Apa Itu Tenaga Honorer? Ini Pengertian dan Perbedaannya dengan PPPK

20 Februari 2024

Apa Itu Tenaga Honorer? Ini Pengertian dan Perbedaannya dengan PPPK

Tenaga honorer merupakan bagian integral dari struktur tenaga kerja di Indonesia, terutama di sektor publik.

Baca Selengkapnya