Pembeli memilih cabai merah di salah satu kios Pasar Pagi, Tegal, Jawa Tengah, 16 Desember 2015. Menjelang Natal dan Tahun Baru 2016 harga cabai mengalami lonjakan. Cabai rawit merah dari Rp12 ribu menjadi Rp32 ribu per kilogram, cabai merah keriting dari Rp18 ribu menjadi Rp30 ribu per kilogram, dan cabai rawit hijau dari Rp22ribu menjadi Rp24 ribu per kilogram. ANTARA/Oky Lukmansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Jawa Tengah didorong untuk berbagi kesuksesan dalam menembus pasar ekspor, seiring dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Ketua Asosiasi UKM Jawa Tengah Naneth Ekopriyono mengatakan perkembangan UKM di wilayah berpenduduk 33,5 juta jiwa cukup pesat.
Menurut dia, pelaku UMKM/UKM yang bisa bertahan hingga saat ini memiliki kekhasan produk atau unik. Para pelaku juga mampu menembus pasar retail ke sejumlah supermarket dengan kemasan produk yang bagus.
“Kalau bicara produk, UKM di sini tidak kalah dengan asing. Sekarang arahnya bagaimana UKM bisa ekspor," ujarnya dalam acara FGD yang diadakan Bisnis Indonesia dan PT Bank Mandiri Tbk, dengan tema “Melihat Potensi UMKM Jateng di Era Kompetisi MEA” di Semarang, Senin, 29 Februari 2016.
Dia mengakui, kelemahan UKM terletak pada mental. Artinya, para pelaku tidak siap berbagi ilmu bagaimana produknya bisa menembus pasar retail dan pasar ekspor.
"Mereka takut produknya bersaing dengan sesama UKM. Inilah kelemahan UKM di Indonesia. Perlu pembenahan mental," ujarnya.
Amartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan
27 Februari 2024
Amartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan
Amartha dan Unilever Indonesia kolaborasikan jejaring usaha mikro Perempuan dengan jejaring bank sampah berbasis komunitas untuk kelola sampah plastik secara produktif dan ekonomis.
Riset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026
14 Juli 2023
Riset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026
Riset yang dilakukan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) bersama Ernst & Young Indonesia menemukan kebutuhan pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah alias UMKM yang mencapai ribuan triliun pada 2026.