Menteri Pertanian Sebut Ada yang Permainkan Harga Beras  

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Senin, 29 Februari 2016 13:44 WIB

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian Amran Sulaiman menuding ada pihak yang sengaja memainkan harga beras untuk mendapat keuntungan. Permainan harga ini dilakukan dengan cara tidak benar sehingga merugikan masyarakat.

"Para pihak tersebut adalah pedagang perantara atau middle men yang selalu mencari kesempatan menyimpan dan melepas beras ke pasar di saat situasi perberasan sedang sulit," kata Menteri Amran kepada pers, di Cilacap, Jawa Tengah, Senin, 29 Februari 2016.

Pendapat tersebut disampaikan seusai melakukan panen raya padi serentak di tujuh provinsi. Tujuh provinsi itu adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.

Hadir dalam acara itu KASAD Jenderal TNI Mulyono serta Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Menurut Amran, para pedagang perantara tersebut tak memiliki niat baik dalam upaya menstabilkan harga beras karena hanya mau melepas di saat harga kebutuhan pokok itu mengalami kenaikan. "Tapi di saat harga beras stabil dalam posisi tak terlalu tinggi, mereka justru melepas ke pasar," katanya.

Amran mempertanyakan niat baik mereka dalam menjaga kebutuhan beras serta harga dalam posisi tak terlalu tinggi. "Mereka itu hanya mau ambil keuntungan saja di saat masyarakat membeli beras dengan harga tinggi," katanya.

Kondisi yang terjadi saat ini diindikasikan adanya pemasukan beras secara besar-besaran di sentra pasar beras. Hal ini mengakibatkan stok beras di pasar melimpah. Harga beras minggu pertama Februari Rp 13.344 per kilogram dan di minggu kedua turun menjadi Rp 7.500-Rp 10.000 per kilogram.

"Ini anomali yang tak pernah terjadi dalam 5 sampai 10 tahun. Ini juga menunjukkan kalau produksi beras nasional meningkat," kata Amran.

Amran menegaskan dia tidak akan menyerah menghadapi para middle men dan mafia pangan yang selama ini justru merusak tatanan pertanian. Saat ini, kata dia, para mafia dan middle men mengalami kerugian karena Indonesia berhasil panen raya yang justru biasanya paceklik.

"Kita ubah pola tanam sehingga tak ada lahan tidur karena, begitu panen selesai, dimulai lagi musim tanam. Ini mengakibatkan produksi padi akan berlanjut terus sehingga tak ada kelangkaan beras," katanya.

ANTARA

Berita terkait

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

1 hari lalu

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

Kekeringan El Nino sudah overlap dan harus waspada.

Baca Selengkapnya

Program Electrifying Agriculture PLN, Mampu Tingkatkan Produktivitas Pertanian

4 hari lalu

Program Electrifying Agriculture PLN, Mampu Tingkatkan Produktivitas Pertanian

Program Electrifying Agriculture (EA) dari PT PLN (Persero), terus memberikan dampak positif bagi pertanian di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

8 hari lalu

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar

Baca Selengkapnya

Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

11 hari lalu

Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

Pengamat Pertanian Khudori meragukan sistem usaha tani dari Cina yang akan diterapkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

13 hari lalu

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

PT Pupuk Indonesia mengumumkan pupuk subsidi sudah bisa ditebus di kios pupuk lengkap resmi wilayah masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati

13 hari lalu

Kemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati

Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Atase Perdagangan RI di Canberra berupaya mendorong para pelaku usaha produk pertanian Indonesia memasuki pasar Australia.

Baca Selengkapnya

Erupsi Marapi Rusak Ribuan Hektare Lahan Pertanian

24 hari lalu

Erupsi Marapi Rusak Ribuan Hektare Lahan Pertanian

Erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat telah merusak hingga ribuan hektare lahan pertanian di sekitar wilayah tersebut.

Baca Selengkapnya

Google Manfaatkan AI untuk Dukung Produktivitas Pertanian, Diklaim Sukses di India

36 hari lalu

Google Manfaatkan AI untuk Dukung Produktivitas Pertanian, Diklaim Sukses di India

Google berupaya untuk mengimplementasikan teknologi Google AI AnthroKrishi ini untuk skala global, termasuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jokowi Resmikan Rehabilitasi Bendungan dan Irigasi Gumbasa, Nilainya Mencapai Rp 1,25 Triliun

38 hari lalu

Jokowi Resmikan Rehabilitasi Bendungan dan Irigasi Gumbasa, Nilainya Mencapai Rp 1,25 Triliun

Jokowi pada hari ini meresmikan bendungan dan daerah irigasi Gumbasa di Kabupaten Sigi, Sulteng yang telah direhabilitasi dan direkonstruksi.

Baca Selengkapnya

Guru Besar Unpad Ajarkan Empat Metode Pemberantasan Gulma Tani, Mana yang Paling Efektif?

39 hari lalu

Guru Besar Unpad Ajarkan Empat Metode Pemberantasan Gulma Tani, Mana yang Paling Efektif?

Guru Besar Unpad memaparkan sejumlah metode pemberantasan gulma di lahan tani. Pemakaian hebrisida efektif, namun berisiko.

Baca Selengkapnya