Mobile Payment Diprediksi Makin Masif 5 Tahun ke Depan

Reporter

Rabu, 3 Februari 2016 23:00 WIB

TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Layanan financial inclusion berbasis mobile payment diprediksi semakin masif penggunaannya dalam lima tahun mendatang.


Bahkan Indosat Ooredoo berani memasang target nilai transaksi Rp5 triliun pada 2016.


Randy Pangalila, Group Head Mobile Financial Services PT Indosat Tbk dalam acara Media Gathering Indosat Ooredoo di Manado, Selasa (2 Februari 2016) malam, mengemukakan emiten itu menargetkan volume dan nilai transaksi dari bisnis jasa mobile financial services (MFS) alias pembayaran e-money tumbuh dobel tahun ini.


Potensi pasar yang besar menjadi bekal optimisme perusahaan itu.
Sebagai gambaran, volume transaksi MFS Indosat pada 2015 sebanyak 42 juta, atau tujuh kali lipat lebih besar dibandingkan dengan 2014 yang sebanyak 5,3 juta.


Sementara, catatan nilai transaksi MFS pada 2015 sebesar Rp2,5 triliun. Nilai transaksi ini tumbuh lebih dari 13 kali ketimbang catatan pada 2014 yang sebesar Rp 0,19 triliun.


Advertising
Advertising

Hanya, Indosat tak membeberkan realisasi pendapatan MFS pada 2015 maupun 2014. Mereka juga menutup rapat target pendapatan MFS tahun ini.


"Masih kecil-lah, tahun ini saja target kontribusinya masih di bawah 1% dari target Indosat yang Rp 28 triliun," ujar Randy.
Selain potensi pasar yang masih besar, Indosat akan mengandalkan dua hal. Pertama, jaringan agen penjual yang tersebar di seluruh Tanah Air. Catatan perusahaan itu per Desember 2015, dari 400.000 agen penjual, 222.000 di antaranya sudah melayani jasa MFS.


Sementara, dari jumlah agen yang melayani jasa MFS tersebut, 114.713 mereka kategorikan sebagai agen aktif.


Kedua, tambahan produk anyar. Tahun ini Indosat meluncurkan 11 produk anyar. Beberapa di antaranya adalah Dompetku Nusantara, Dompetku One Bill Payment dan Dompetku Pinjaman Kilat. Aneka jasa layanan tersebut akan meluncur secara bertahap.

Pihak Indosat menyebut tahun lalu sebagai tahun investasi bisnis digital. Indosat mendanai investasi bisnis digital tahun lalu dari dana belanja modal alias capital expenditure (capex) 2015 sebanyak Rp 8 triliun.


Disebutkan, tahun ini bisnis mobile finansial service mulai tumbuh, dan terus berkembang. Indikator itu, tambahnya, bisa tergambarkan dari transaksi masyarakat yang kini banyak dilakukan hanya melalui gadget.


"Kita bisa tanyakan ke diri sendiri, Anda berapa sering pergi ke bank dalam satu minggu? Jarang kan. Mereka kini lebih banyak melakukan transaksinya melalui gadget."


Randy menambahkan, OJK juga sudah menjanjikan nilai transaksi berbasiskan mobile bisa diizinkan bisa mencapai Rp10 juta, dari semula Rp5 juta.


BISNIS.COM

Berita terkait

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

4 hari lalu

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia buka suara soal dominasi penanaman modal asing (PMA) atau investasi asing ke sektor hilirisasi di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

4 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

Meski Sama-sama Entitas Perbankan Ketahui 6 Perbedaan BPR dan Bank Umum

13 hari lalu

Meski Sama-sama Entitas Perbankan Ketahui 6 Perbedaan BPR dan Bank Umum

Bank perkreditan rakyat (BPR) dan bank umum merupakan dua entitas keuangan yang memberikan layanan perbankan. Apa perbedan keduanya?

Baca Selengkapnya

OJK Cabut Izin Usaha 10 BPR hingga April 2024, Ini Sebabnya

13 hari lalu

OJK Cabut Izin Usaha 10 BPR hingga April 2024, Ini Sebabnya

Dalam empat bulan di 2024 ada 10 bank perkreditan rakyat (BPR) yang bangkrut dan dicabut izin usahanya oleh Otoritas Jasa Keuangan atau OJK.

Baca Selengkapnya

15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

16 hari lalu

15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

Jaringan profesional LinkedIn merilis daftar Top Companies 2024 edisi ketiga untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia Sebut 176 Ribu Orang Tukarkan Uang Baru Menjelang Idul Fitri

24 hari lalu

Bank Indonesia Sebut 176 Ribu Orang Tukarkan Uang Baru Menjelang Idul Fitri

Bank Indonesia (BI) mencatat total penukaran uang baru mencapai Rp 1,13 triliun per 3 April 2024 atau H-7 Lebaran.

Baca Selengkapnya

Bank BJB Buka Layanan Operasional Terbatas dan Weekend Banking selama Libur Lebaran

26 hari lalu

Bank BJB Buka Layanan Operasional Terbatas dan Weekend Banking selama Libur Lebaran

Selama periode libur Hari Raya Idul Fitri, Bank BJB tetap membuka beberapa jaringan kantor melalui kegiatan operasional terbatas dan layanan weekend banking.

Baca Selengkapnya

Terkini: Tol Bocimi Ambrol Penanganan Permanen Setelah Lebaran, Anggota DPR Usul Jasa Marga Buat Rest Area Fungsional

29 hari lalu

Terkini: Tol Bocimi Ambrol Penanganan Permanen Setelah Lebaran, Anggota DPR Usul Jasa Marga Buat Rest Area Fungsional

Ruas jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi atau Tol Bocimi mengalami longsor, diduga karena intensitas hujan deras pada Rabu malam

Baca Selengkapnya

BCA Umumkan Penyesuaian Jadwal Operasional selama Libur Lebaran

29 hari lalu

BCA Umumkan Penyesuaian Jadwal Operasional selama Libur Lebaran

BCA mengumumkan penyesuaian jadwal operasional kantor cabang selama periode libur Idul Fitri 2024 berdasarkan hari libur yang ditetapkan pemerintah.

Baca Selengkapnya

Restrukturisasi Kredit Berakhir, Bank Mandiri: Sebagian Debitur Terdampak Telah Masuk Tahap Normalisasi

31 hari lalu

Restrukturisasi Kredit Berakhir, Bank Mandiri: Sebagian Debitur Terdampak Telah Masuk Tahap Normalisasi

Bank Mandiri menyatakan bahwa kondisi para debiturnya yang terdampak Covid-19 telah kembali normal.

Baca Selengkapnya