Warga Swiss Gemari Produk Bank Sampah Denpasar

Reporter

Jumat, 29 Januari 2016 23:00 WIB

Tas Daur Ulang, Diminati Lokal Hingga Mancanegara

TEMPO.CO, Jakarta - Nasabah bank sampah Garuda Wastu Lestari (GWL) telah berhasil membuat beberapa produk kerajinan dari bahan baku sampah yang didaur ulang, dan hasilnya ternyata digemari warga Swiss.

"Produk bank sampah itu bukan berarti tidak bernilai, karena kami menciptakannya sebagus mungkin dan berkualitas tinggi sehingga pemakainya tidak merasa minder atau malu. Buktinya warga Switzerland (Swiss) menyukai," ujar pendiri bank sampah GWL Ni Wayan Riawati di Peguyangan, Denpasar, Jumat (29 Januari 2016).

Produk yang telah dipesan konsumen dari Switzerland mayoritas adalah tempat pensil, tas dan trendy bag untuk ibu-ibu jika hendak berbelanja di pasar.

Bahan baku produk itu adalah plastik kemasan kopi dan beraneka minuman tuang, yang mengandung "aluminium foil". Plastik itu harus potongt dengan rapi menggunakan pisau atau gunting jika hendak dipergunakan sebagai bahan baku tas atau tempat pensil. Jika dipotong sembarangan, plastik kemasan itu hanya merupakan sampah biasa.

"Harga produk yang kami tawarkan bermacam-macam. Kalau tempat pensil, kisarannya Rp20 ribu - Rp35 ribu. Travel bag, harganya mencapai Rp700 ribu, karena banyak memerlukan bahan dan lamanya waktu pengerjaannya," ujar Riawati.

Dikatakan dia, perajin yang mengerjakan produk-produk itu tersebar di beberapa daerah di Bali, sesuai daerah keanggotaan bank sampah. Salah satunya adalah karang taruna karya Darma di Desa Seraya Barat, Karangasem.

Kendala terbesar dalam mengembangkan usaha produk dari bahan baku sampah, dikarenakan minimnya jumlah perajin yang mau bekerja sama dan ulet dalam mengolah sampah menjadi produk berguna.

Ibu-ibu di Bali, ujarnya, mayoritas sibuk dengan berbagai macam kegiatan untuk mempersiapkan upacara keagamaan, sehingga waktu luangnya menjadi terbatas. Akibatnya, beberapa penjahit yang direkrut bank sampah untuk membuat produk justru berasal dari luar Bali, agar proses produksi terus berlangsung.

"Kalau tidak merekrut karyawan dari luar, sulit sekali kami bisa membuat produk. Sementara pesanan selalu saja ada setiap bulan, apalagi jika mau pameran, kami tentu harus stok produk," kata dia.

Riawati mengharapkan, masyarakat yang tergerak untuk memanfaatkan sampah kian bertambah jumlahnya, untuk mengurangi jumlah sampah di muka bumi ini. Padahal, jumlah anggota bank sampah mencapai 6.030 orang se-Bali, namun yang berkontribusi mau memilah sampah organik dan non-organik baru dua persen saja.

"Kami juga berharap, agar guru-guru di sekolah khususnya guru pelajaran keterampilan agar mengajarkan muridnya membuat produk dengan bahan sampah. Kreasi murid-murid akan kami tampung, karena pasar produk dari sampah tidak pernah sepi. Bukan hanya dari Switzerland, bahkan beberapa waktu lalu ada juga pembeli dari Inggris yang memborong produk kami saat pameran," ujarnya.


ANTARA

Berita terkait

Mengenal Kain Tenun Bima, Ada Tembe Mee yang Dipercaya Bisa untuk Pengobatan Penyakit Kulit

6 hari lalu

Mengenal Kain Tenun Bima, Ada Tembe Mee yang Dipercaya Bisa untuk Pengobatan Penyakit Kulit

Kain tenun Bima yang sudah ada sejak sebelum Islam masuk ke Bima ini memiliki ciri khas, misalnya warna hitam pada tenun Donggo.

Baca Selengkapnya

PNM Sukses Berdayakan Nasabah Hingga Mengekspor Produknya

15 hari lalu

PNM Sukses Berdayakan Nasabah Hingga Mengekspor Produknya

Nasabah PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Unit Cempaka Banjarmasin, Salasiah, berhasil mengolah rumput purun menjadi berbagai produk yang fungsional seperti tikar, topi, dompet dan tas sebagai produk andalan.

Baca Selengkapnya

Berawal Iseng jadi Rezeki, Desainer Kerajinan Perhiasan Bunga Kering Ini Raup Omzet Rp 800 Juta

4 Maret 2024

Berawal Iseng jadi Rezeki, Desainer Kerajinan Perhiasan Bunga Kering Ini Raup Omzet Rp 800 Juta

Berawal dari kecintaannya dengan bunga, desainer kerajinan ini membuat perhiasan dari bunga kering dan akhirnya bisa meraup omzet hingga ratusan juta.

Baca Selengkapnya

Pameran Kerajinan Jiffina 2024 di Yogyakarta Digelar Empat Hari, Tebar Hadiah Voucher Hotel

3 Maret 2024

Pameran Kerajinan Jiffina 2024 di Yogyakarta Digelar Empat Hari, Tebar Hadiah Voucher Hotel

Event pameran kerajinan dan furniture internasional atau Jogja International Furniture & Craft Fair atau Jiffina kembali digelar di Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta 2-5 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Buka Inacraft 2024, Teten Sebut RI Punya Pangsa Pasar 1,25 Persen dalam Industri Kerajinan di Dunia

28 Februari 2024

Buka Inacraft 2024, Teten Sebut RI Punya Pangsa Pasar 1,25 Persen dalam Industri Kerajinan di Dunia

Menkop UKM, Teten Masduki, memproyeksikan pangsa pasar RI dalam industri kerajinan dapat terus meningkat.

Baca Selengkapnya

Mampir ke Bengkel Keris Cek Eri, Upaya Selamatkan Pusaka Palembang dari Kepunahan

27 Desember 2023

Mampir ke Bengkel Keris Cek Eri, Upaya Selamatkan Pusaka Palembang dari Kepunahan

Cek Eri termasuk dalam segelintir orang yang berikhtiar selamat keris Palembang. Ia membuat hulu juga mengerjakan warangka keris Palembang

Baca Selengkapnya

Rumah Rajut dan Tenun jadi Daya Tarik Turis Mancanegara di Pulau Ngenang Batam

16 Desember 2023

Rumah Rajut dan Tenun jadi Daya Tarik Turis Mancanegara di Pulau Ngenang Batam

Pulau Ngenang di Batam yang menjadi tempat tinggal suku Melayu kini menarik minat wisatawan lokal dan mancanegara.

Baca Selengkapnya

Menengok Keseruan Festival Bambu Lord of the Pring di Bantul

3 Oktober 2023

Menengok Keseruan Festival Bambu Lord of the Pring di Bantul

Kerajinan bambu Munthuk, Bantul, Yogyakarta, telah memiliki pasar dalam negeri dan mancanegara.

Baca Selengkapnya

Pecinta Kerajinan, Inacraft Bakal Digelar 4-8 Oktober Ini di JCC

27 September 2023

Pecinta Kerajinan, Inacraft Bakal Digelar 4-8 Oktober Ini di JCC

Inacraft on October 2023 juga akan menghadirkan fasilitas khusus yang disebut dengan Talam Inacraft.

Baca Selengkapnya

Terkini: Indef Sebut Penyebab Meruginya MotoGP dan WSBK, Susi Pudjiastuti Buka Suara Lagi soal Ekspor Pasir Laut

18 Juni 2023

Terkini: Indef Sebut Penyebab Meruginya MotoGP dan WSBK, Susi Pudjiastuti Buka Suara Lagi soal Ekspor Pasir Laut

Ekonom Indef menanggapi dua event internasional yang diselenggarakan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, MotoGP dan WSBK, yang disebut merugi.

Baca Selengkapnya