Sepanjang 2015 Kunjungan Turis ke Baduy Menurun

Reporter

Kamis, 28 Januari 2016 23:00 WIB

Pengunjung mencicipi durian yang dipanen di hutan sekitar kampung suku Baduy, di Kampung Gajebo, Banten, 12 Desember 2015. Musim panen buah durian menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke desa Ciboleger, Baduy. TEMPO/Charisma Adristy

TEMPO.CO, Jakarta - Kunjungan wisatawan budaya Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten sepanjang tahun 2015 menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

Kunjungan wisatawan budaya Baduy tahun 2015 tercatat 3.181 orang dan mancanegara 66 orang, Kabid Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata, Lebak, Okta di Lebak, Kamis (28 Januari 2016).

Sementara pada 2014 wisatawan lokal mencapai 6.460 orang dan mancanegara sebanyak 122 orang.

Menurunya kunjungan wisatawan ke Baduy akibat buruknya infrastuktur jalan serta minimnya fasilitas di sekitar perbatasan kawasan Baduy. Buruknya infrastuktur itu berdampak terhadap kunjungan wisata ke kawasan Baduy.

Saat ini pemerintah daerah telah membangun jalan beton menuju kawasan Baduy guna mendongkrak kunjungan wisata budaya itu.

Selain itu promosi-promosi budaya adat Baduy dioptimalkan melalui pameran maupun media.

Selama ini, kata Okta, kunjungan wisatawan kawasan Baduy belum menggeliat, terutama wisatawan dari luar negeri.

Sebagian besar kunjungan wisatawan budaya tersebut untuk melakukan penelitian kehidupan tatanan sosial warga Baduy, sehingga mereka kebanyakan dari Perguruan Tinggi dan pelajar.

"Kami berharap dengan betonisasi dapat menunjang untuk mendongkrak kunjungan wisatawan domestik maupun asing," ujarnya.

Menurut dia, saat ini pengunjung wisata adat Baduy tidak dikenakan retribusi untuk pemasukan pendapatan asli daerah (PAD).

Sebab, masyarakat Baduy menolak dengan penarikan retribusi tersebut.

Wisata Baduy memiliki nilai tersendiri di Provinsi Banten, karena hingga kini mereka masih mempertahankan budaya leluhur.

Mereka menolak hidup modernisasi, seperti televisi, radio, naik kendaraan, jalan beraspal, rumah bertembok dan sepatu.

Oleh sebab itu, hingga kini kawasan Baduy yang tinggal di Pegunungan Kendeng dengan jumlah penduduk sebanyak 10.500 jiwa tidak bisa dilintasi berbagai jenis angkutan.

"Kami tidak bisa membangun kawasan Baduy, karena bertentangan dengan adat budaya mereka. Itu menjadikan kesulitan bagi pemerintah daerah," ujarnya.

Sementara itu, Mulyadi, seorang Mahasiswa dari Universitas Padjadjaran Bandung mengaku dirinya memberikan apresiasi terhadap masyarakat Baduy yang hingga kini mempertahankan adat budaya setempat.

Selain itu juga mencintai alam dengan larangan menebang pohon serta membangun ketahanan pangan cukup kuat dengan mendirikan lumbung jika musim panen padi huma.

"Kami datang ke sini kali pertama dan kagum melihat warga Baduy yang mempertahankan adat istiadat juga mencintai alam," katanya.


ANTARA

Berita terkait

Garuda Indonesia Benarkan Proses Merger dengan InJourney, Inisiatif Pemegang Saham

55 hari lalu

Garuda Indonesia Benarkan Proses Merger dengan InJourney, Inisiatif Pemegang Saham

Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menebut rencana merger dengan PT Aviasi Indonesia merupakan inisiatif Kementerian BUMN.

Baca Selengkapnya

Grup Garuda Masuk InJourney dalam Beberapa Bulan ke Depan, Sudah Sehat?

56 hari lalu

Grup Garuda Masuk InJourney dalam Beberapa Bulan ke Depan, Sudah Sehat?

InJourney mengklaim Garuda Indonesia dan Citilink bakal masuk ke holding aviasi pariwisata itu dalam beberapa bulan ke depan. Tanda Garuda sehat?

Baca Selengkapnya

Sandiaga Pamer Akomodasi di IKN, Hotel Nusantara Diklaim Beroperasi Agustus 2024

10 Januari 2024

Sandiaga Pamer Akomodasi di IKN, Hotel Nusantara Diklaim Beroperasi Agustus 2024

Proyek sektor Pariwisata di IKN diklaim jalan terus. Hotel Nusantara beroperasi tabun ini.

Baca Selengkapnya

Heru Budi Usul Perda Pengelolaan Kepulauan Seribu Dicabut: Tidak Relevan dengan UU Cipta Kerja

7 November 2023

Heru Budi Usul Perda Pengelolaan Kepulauan Seribu Dicabut: Tidak Relevan dengan UU Cipta Kerja

Pj Gubernur DKI Heru Budi mengusulkan Perda DKI tentang penataan dan pengelolaan Kepulauan Seribu dicabut. UU Cipta Kerja disinggung.

Baca Selengkapnya

Mas Dhito Gagas Magnet Baru di Kediri Bagian Timur.

20 April 2023

Mas Dhito Gagas Magnet Baru di Kediri Bagian Timur.

Adanya bandara akan menjadikan banyak orang dari luar daerah datang ke Kabupaten Kediri.

Baca Selengkapnya

Universitas Pelita Harapan Buka Prodi S1 Pariwisata

20 April 2023

Universitas Pelita Harapan Buka Prodi S1 Pariwisata

Universitas Pelita Harapan (UPH) resmi membuka program studi S1 Pariwisata di Kampus Lippo Village Karawaci, Tangerang, Banten.

Baca Selengkapnya

Dinilai Ancam Bisnis Pariwisata, Rencana Tambang Laut PT Timah Tbk di Blok Olivier Ditolak

14 Maret 2023

Dinilai Ancam Bisnis Pariwisata, Rencana Tambang Laut PT Timah Tbk di Blok Olivier Ditolak

PT Timah Tbk. dikabarkan akan membuka penambangan timah di blok laut Olivier Perairan Manggar Kabupaten Belitung Timur.

Baca Selengkapnya

Tak Harus Jauh dan Mahal, Dosen Pariwisata Unair Bagikan Tips Libur Natal dan Tahun Baru 2023

23 Desember 2022

Tak Harus Jauh dan Mahal, Dosen Pariwisata Unair Bagikan Tips Libur Natal dan Tahun Baru 2023

Dosen Pariwisata Universitas Airlangga (Unair) M. Nilzam Aly membagikan beberapa tips untuk masyarakat dalam menghabiskan libur natal dan tahun baru.

Baca Selengkapnya

Hertz Bisnis Rental Mobil di Indonesia Gandeng Tunas Rent

24 November 2022

Hertz Bisnis Rental Mobil di Indonesia Gandeng Tunas Rent

Perusahaan rental mobil nasional Tunas Rent berdiri lebih dari 20 tahun lalu. Hertz melihat jumlah wisatawan dfi Indonesia sebagai peluang.

Baca Selengkapnya

SMK di Batam Jadi Pusat Belajar Guru Pariwisata se-Indonesia

29 Agustus 2022

SMK di Batam Jadi Pusat Belajar Guru Pariwisata se-Indonesia

Para guru pariwisata dari seluruh Indonesia akan belajar di SMKN 2 Batam. Mereka nantinya akan menyampaikan pada siswanya dan membuat paket wisata.

Baca Selengkapnya