BI: Stimulus Moneter-fiskal Pulihkan Pertumbuhan Ekonomi

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Senin, 25 Januari 2016 23:02 WIB

Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla saat memberikan keynote speech pada TEMPO Economic Briefing dengan tema "Mengembalikan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2016" di Jakarta, 17 November 2015. TEMPO/Bambang Harymurti

TEMPO.CO, Jakarta - Bauran empat stimulus dari sisi moneter dan fiskal diyakini akan memulihkan pertumbuhan ekonomi Indonesia minimal ke level 5,2 persen pada 2016, kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

"Bahkan pemulihan ekonomi sebenarnya sudah mulai di kuartal ketiga 2015," kata Perry dalam sebuah paparan ekonomi 2016 di Jakarta, Senin, 25 Januari 2016.

Perry memprediksi pemulihan di akhir kuartal ketiga lalu akan mengangkat realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV 2015 sebesar 4,9 persen, setelah di tiga kuartal sebelumnya hanya tumbuh masing-masing 4,7 persen, 4,67 persen, dan 4,73 persen.

"Sektor konstruksi, transportasi, dan listrik itu beberapa sektor yang mulai kelihatan pertumbuhannya," tukasnya.

Menurut Perry, penurunan suku bunga acuan menjadi 7,25 persen pada Januari 2016 ini, setelah 11 bulan bertahan di 7,5 persen, telah melengkapi tiga stimulus fiskal dan moneter yang sebelumnya telah diberikan.

Tiga stimulus lainya itu adalah dari kebijakan fiskal pemerintah yang memprioritaskan alokasi anggaran sektor produktif. Kedua, masih dari sisi pemerintah yakni langkah awal reformasi struktural dengan menghilangkan subsidi harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Ketiga, adalah stimulus yang diberikan BI di sisi makroprudensial Bank Indonesia, seperti pelonggaran perhitungan Giro Wajib Minimum-rasio tabungan terhadap pinjaman atau Loan to Deposit Ratio (GWM-LDR).

"Memang jangan diharapkan (pertumbuhan) akan terus langsung melonjak. Tapi kita akan terus meningkat, saya kira 5,2 persen bisa dicapai tahun ini," ujar dia.

Bahkan Perry mengungkapkan tidak menutup kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter akan dilakukan kembali, --baik penurunan suku bunga atau di sektor likuidiutas--, asalkan tekanan eksternal terus mereda dan prospek positif perekonomian domestik terus bertahan.

Beberapa indikator yang mempengaruhi kebijakan moneter, lanjut Perry, juga menunjukkan kinerja baik. Misalnya, laju inflasi, diperkirakan BI sebesar 4,3 persen pada tahun ini. Penurunan harga minyak dunia juga diyakini Perry akan berdampak positif bagi harga barang yang diatur pemerintah.

"Di sisi neraca transaksi berjalan, ada perkiraan ke 2,6 persen dari PDB, tapi itu masih baik, di bawah 3 persen," ujarnya.

Indikator mengenai pemulihan ekonomi domestik itu juga, lanjut Perry, pada akhirnya akan mendorong stabilitas nilai tukar. Dia meyakini kurs rupiah akan stabil di paruh pertama 2016, dan menguat di semester kedua 2016.

Dalam asumsi awal BI, dan juga asumsi yang juga tertuang di APBN 2016, BI memperkirakan nilai tukar rupiah tahun ini sebesar Rp13.900 per dolar AS. Sedangkan, laju inflasi ditargetkan BI sebesar 4,3 persen, dan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2-5,6 persen.

ANTARA

Berita terkait

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

7 jam lalu

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

Proyek pembangunan bandara AH Nasution ini mulai dibangun pada 2020 dengan anggaran sebesar Rp 434,5 miliar.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

21 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

1 hari lalu

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

1 hari lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

2 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

4 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

6 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

6 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

11 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya