Bursa Efek Indonesia, Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia terus mengkaji kemungkinan perusahaan skala kecil dan menengah (UKM) dapat masuk perdagangan pasar modal.
"Jadi kami harus kaji lebih dulu. Mudah-mudahan bisa pada 2016, karena itu salah satu yang ditargetkan BEI dan OJK," kata Direktur Pengembangan BEI Nicky Hogan di gedung BEI, Senin, 25 Januari 2016.
Menurut Nicky, banyak detail dan aspek yang perlu dipertimbangkan untuk mengikutsertakan UKM dalam pasar modal. Sejak tahun lalu, BEI sudah membentuk tim untuk mengkaji soal hambatan yang mungkin dialami UKM untuk melantai di bursa.
Selain itu, kata Nicky, BEI sedang mengkaji dealerdriven untuk menjaga likuiditas UKM. "Seperti market maker, dalam hal ini dealer driven. Dealer driven itu untuk melikuiditas provider. Sebab, kalau perusahaannya masih kecil, dealer driven berani enggak nge-drive itu, ada enggak yang mau beli, bagaimana di bursa, mekanismenya harus dipersiapkan," tuturnya.
Rencananya, ucap Nicky, apabila UKM jadi melantai di bursa saham, ada kemungkinan akan dibuatkan papan tertentu selain papan utama dan papan pengembangan. "Sektor mungkin akan ada. Mungkin ada papan sendiri dulu. Kalau size-nya sudah besar, barulah bisa pindah ke papan utama atau papan pengembangan. Detail seperti itu belum. Tapi arah pengkajian itu sedang dilakukan."
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.