Industri Baja Lapis Seng Bisa Tumbuh 24 Persen Tahun Ini

Reporter

Kamis, 21 Januari 2016 23:01 WIB

Ilustrasi Pabrik baja. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

TEMPO.CO, Jakarta - Kinerja industri baja lapis seng di Sulawesi Selatan diproyeksi mampu tumbuh hingga 24 persen seiring dengan tren pengadaan hunian representatif yang menggunakan material tersebut oleh segmen menengah di daerah.

Managing Director PT Sermani Steel, produsen BjLS yang berbasis di Makassar, Rudy Syamsuddin, mengemukakan proyeksi pertumbuhan tersebut ditopang pula langkah pemerintah yang menertibkan peredaran produk yang tidak berstandar di daerah tersebut.

Menurutnya, Sermani memproyeksikan penjualan produk BjLS di Sulawesi Selatan bakal mencapai 21.000 ton, di mana sebagian besar bakal terserap di daerah luar Makassar.

Proyeksi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi penjualan sepanjang tahun lalu yang mencapai 17.000 ton secara kumulatif dari seluruh distributor rekanan perusahaan.

"Kita lebih menyasar segmen menengah yang terus mengalami peningkatan, apalagi ekonomi Sulsel cenderung tetap terjaga dan itu ada pengaruhnya pada daya beli masyarakat yang tetap tinggi," katanya, Kamis (21 Januari 2016).

Sejauh ini, kapasitas pabrik BjLS Sermani Steel secara maksimal mampu mencapai 4.000 ton per bulan namun realisasi produksi secara rerata sebanyak 2.500 ton per bulan.

Dia menjelaskan, produksi BjLS tersebut mampu lebih tinggi dengan menyesuaikan besaran permintaan pasar di Sulsel untuk atap jenis tersebut.
Adapun penjualan produk perusahaan dilakukan melalui 7 jaringan distribusi yang tersebar pada sejumlah kabupaten/kota di Sulsel yang memiliki tingkat permintaan yang relatif tinggi.


Menurut Rudy, perusahaan juga tengah mulai memasarkan produk BjLS jenis galvalum yang dilakukan secara bertahap. "Untuk tahap awal ini kita pasarkan cuma 500 ton, nanti setelah kita lihat ada perkembangan, permintaan naik barulah kita pasarkan dalam skala besar," paparnya.


Di sisi lain, Rudy yang juga tercatat sebagai Ketua Gabungan Pabrik Seng Seluruh Indonesia (GAPSI) tersebut meminta agar pemerintah menungkatkan lagi pengawasan BjLS tanpa SNI lantaran bakal memicu persaingan tidak sehat.


Produsen yang mematuhi SNI diperkirakan akan mengalami kebangkrutan karena dengan standar ketebalan yang lebih tinggi, produsen harus mengeluarkan biaya produksi yang lebih besar sehingga menyebabkan harga jual produknya akan lebih mahal. "Selain itu, secara prinsip kita siap bersaing dengan produk impor tetapi tentunya harus sesuai dengan aturan. Ada SNI-nya dan lainnya," papar Rudy.


BISNIS.COM

Advertising
Advertising

Berita terkait

Permintaan Meningkat 17,9 Juta Ton, Impor Baja RI Tembus 14 Persen

6 November 2023

Permintaan Meningkat 17,9 Juta Ton, Impor Baja RI Tembus 14 Persen

Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk atau KRAS, Purwono Widodo, mengungkap permintaan baja Indonesia meningkat menjadi 17,9 ton pada 2023.

Baca Selengkapnya

Industri Baja RI Disebut sebagai Sektor yang Menarik untuk Investasi, karena...

6 November 2023

Industri Baja RI Disebut sebagai Sektor yang Menarik untuk Investasi, karena...

Secara jangka panjang, ASEAN terutama Indonesia, masih menjadi wilayah yang menarik untuk investasi di industri baja.

Baca Selengkapnya

Industri Peleburan Baja Kena Sanksi Administratif DKI, Operasional Cerobong Harus Dihentikan Sementara

9 September 2023

Industri Peleburan Baja Kena Sanksi Administratif DKI, Operasional Cerobong Harus Dihentikan Sementara

Dinas Lingkungan Hidup DKI memberikan sanksi administratif kepada salah satu industri peleburan baja. Aktivitas cerobong harus dihentikan sementara.

Baca Selengkapnya

Ekspor Produk Baja Naik Pesat Menjadi 5,2 Juta Ton pada 2021

2 Desember 2022

Ekspor Produk Baja Naik Pesat Menjadi 5,2 Juta Ton pada 2021

Ekspor produk baja meningkat pesat dari 1,3 juta ton pada tahun 2017 menjadi 5,2 juta ton pada tahun 2021.

Baca Selengkapnya

Kemendag Targetkan Ekspor Besi dan Baja di Tahun Ini USD 30 Miliar

26 Juli 2022

Kemendag Targetkan Ekspor Besi dan Baja di Tahun Ini USD 30 Miliar

Kemendag menargetkan ekspor baja dan besi US$ 30 miliar pada 2022.

Baca Selengkapnya

Kerugian Negara di Kasus Krakatau Steel Ditaksir Mencapai Rp 6,9 Triliun

18 Juli 2022

Kerugian Negara di Kasus Krakatau Steel Ditaksir Mencapai Rp 6,9 Triliun

Kejaksaan Agung memulai penyidikan kasus korupsi dalam proyek pembangunan pabrik blast furnace complex di PT Krakatau Steel tahun 2011.

Baca Selengkapnya

Krakatau Steel Cetak Laba Bersih Rp 896,1 Miliar, Naik 174 Persen

1 April 2022

Krakatau Steel Cetak Laba Bersih Rp 896,1 Miliar, Naik 174 Persen

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk membukukan laba bersih Rp 896,1 miliar sepanjang 2021, mengakhiri kerugian yang dialami delapan tahun berturut-turut.

Baca Selengkapnya

2022, Kimin Tanoto Optimistis Kinerja Industri Baja Meningkat

17 Desember 2021

2022, Kimin Tanoto Optimistis Kinerja Industri Baja Meningkat

Banyak faktor turut mempengaruhi kinerja industri baja pada 2022. Mulai dari pertumbuhan ekonomi dunia hingga rencana pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur.

Baca Selengkapnya

Efisiensi, Dirut Krakatau Steel Sebut Jumlah Pegawai Ideal 2.500 di Akhir 2021

25 September 2021

Efisiensi, Dirut Krakatau Steel Sebut Jumlah Pegawai Ideal 2.500 di Akhir 2021

Dirut Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan perseroan bakal terus mengurangi jumlah pegawai hingga akhirnya berjumlah 2.500 orang pada akhir 2021.

Baca Selengkapnya

Dirut Krakatau Steel: Pabrik Hot Strip Mill 2 Pangkas Biaya Operasi 25 Persen

21 September 2021

Dirut Krakatau Steel: Pabrik Hot Strip Mill 2 Pangkas Biaya Operasi 25 Persen

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengklaim pabrik Hot Strip Mill 2 mampu menghasilkan lembaran baja dengan kualitas terbaik.

Baca Selengkapnya