Siluet seorang pengunjung dengan latar monitor pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 13 November 2015. ANTARA/Rosa Panggabean
TEMPO.CO, Jakarta - Analis Ekonomi dari First Asia Research, David Sutyanto mengatakan langkah Bank Indonesia (BI) yang melonggarkan likuiditas dengan menurunkan suku bunga sebesar 25 bp dan kenaikan harga minyak mentah kemarin akan menopang sentimen positif yang mendorong penguatan laju Indeks Harga Saham Gabungan hari ini. Menurut David, IHSG diperkirakan bergerak di kisaran 4490 hingga 4570 alias berpeluang menguat.
"Langkah BI yang melonggarkan likuiditas akan menopang sentimen positif atas saham-saham sektoral yang sensitif interest-rate seperti perbankan, otomotif, dan properti. Sedangkan kenaikan harga minyak mentah menjadi momentum positif rebound saham berbasiskan komoditas,"kata David Sutyanto melalui siaran tertulisnya pada Jumat 15 Januari 2016.
Pada perdagangan saham kemarin, di sesi pertama, didominasi aksi jual pemodal menyusul meningkatnya risiko pasar, terutama dipicu teror bom yang melanda ibu kota Jakarta. Di luar sentimen teror bom, pergerakan pasar sudah cenderung negatif terimbas faktor kawasan dan global.
IHSG sempat anjlok 1,72 persen pada penutupan sesi pertama. Namun kepanikan pasar akibat teror bom tidak berlangsung lama. Langkah Bank Indonesia (BI) yang secara mengejutkan menurunkan tingkat bunga BI Rate 25 bp menjadi 7,25 persen berhasil memulihkan pasar sehingga IHSG ditutup hanya koreksi 23,998 poin (0,53 persen) di 4513,181.
Aksi beli pemodal atas saham perbankan yang mendapatkan momentum positif setelah penurunan BI Rate menjadi penopang utama yang menahan koreksi indeks.
Tadi malam Wall Street berhasil rebound. Indeks DJIA dan S&P di Wall Street masing-masing menguat 1,41 persen dan 1,67 persen tutup di 16379,05 dan 1921,84. Rally di Wall Street tadi malam terutama ditopang rebound harga minyak mentah yang mengangkat kembali harga saham sektor energi.
Harga minyak mentah tadi malam di AS naik 2,2 persen di US$ 31,15 per barel. Di sisi lain, pasar juga merespon positif pernyataan gubernur bank sentral negara bagian St Louis di AS, James Bullard, yang mengindikasikan kenaikan tingkat bunga The Fed ke depan akan lebih lambat dibandingkan perkiraan sebelumnya menyusul rendahnya perkiraan inflasi di bawah target 2 persen karena turunnya harga minyak mentah.