Harga Garam Petani Babak Belur, Ini Penyebabnya  

Reporter

Editor

Anton Septian

Selasa, 12 Januari 2016 01:51 WIB

Garam yang telah dipanen di Pantai Kusamba, Klungkung, Bali, 15 Mei 2015. Kualitas garam tergantung pada cuaca, semakin panas cuacanya maka hasil garam yang didapat juga semakin bagus dan banyak. TEMPO/Johannes P. Christo

TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Abdul Halim mengatakan 80 persen garam yang digunakan masyarakat Indonesia merupakan garam impor. KIARA mencatat beberapa hal yang menyebabkan harga garam babak belur di pasaran.

Penyebabnya antara lain pengelolaan garam nasional terbagi ke dalam tiga kementerian, yaitu Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan. "Terjadi beda kewenangan dan tanpa koordinasi di antara kementerian tersebut," kata Abdul Halim di Bakoel Koffie, Senin, 11 Januari 2016.

Selain itu, pemberdayaan garam rakyat tidak dimulai dari hulu, seperti tambak, modal, dan teknologi, hingga hilir, seperti pengolahan, pengemasan, dan pemasarannya. Kemudian, lemahnya sinergi pemangku kebijakan di tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan pusat dengan masyarakat petambak garam skala kecil.

Berdasarkan surat keputusan bersama menteri, harga panen garam dengan kualitas I (KW 1) hanya dihargai Rp 750 per kilogram dengan kadar natrium klorida (NaCL) di atas 97 persen, sedangkan untuk KW 2 Rp 540 per kilogram dengan kadar NaCl 90 persen. Untuk beberapa daerah justru masih ada yang menjual di bawah harga tersebut.

Selain itu, dalam surat tersebut, diputuskan negara boleh mengimpor garam di luar masa panen raya. Namun kondisi di lapangan tidak sepenuhnya begitu. "Saat panen raya tiba bersamaan dengan masa impor garam," kata Halim.

Alasan lain yang membuat impor garam masih terus dilakukan adalah kandungan NaCl pada garam Indonesia kurang dari 97 persen. Sedangkan petambak garam Indonesia dianggap baru bisa memproduksi garam dengan kandungan NaCl sebanyak 94 persen.

"Itu yang selalu diklaim pemerintah sejak 2001 agar impor garam tetap dilakukan," ujar Halim.

KIARA berencana bekerja sama dengan beberapa universitas di Indonesia untuk melakukan uji guna untuk membuktikan klaim yang menyebutkan kandungan NaCl pada garam Indonesia baru 94 persen. "Kami ingin membuktikan bahwa klaim tersebut bisa dipatahkan," kata Halim.

"Jika terbukti, bisa dijadikan upaya proteksi untuk menghentikan impor garam," tambah Halim.

LARISSA HUDA

Berita terkait

Jokowi Bilang Sedimen Beda dari Pasir Laut, Susi Sebut Sedimen Apapun Sangat Penting

14 jam lalu

Jokowi Bilang Sedimen Beda dari Pasir Laut, Susi Sebut Sedimen Apapun Sangat Penting

Berikut ini dua ekspresi mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti di medsos atas kebijakan Jokowi buka keran ekspor pasir laut.

Baca Selengkapnya

Makanan Mengandung Gula, Garam, dan Lemak akan Dikenai Cukai, GAPMMI: Tidak Ada Gunanya

32 hari lalu

Makanan Mengandung Gula, Garam, dan Lemak akan Dikenai Cukai, GAPMMI: Tidak Ada Gunanya

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) meminta pemerintah berhati-hati dalam pengenaan cukai untuk makanan yang mengandung gula, garam, dan lemak (GGL).

Baca Selengkapnya

Wakil Menteri Luar Negeri Iran Optimis pada Perjanjian Perdagangan dengan Indonesia

37 hari lalu

Wakil Menteri Luar Negeri Iran Optimis pada Perjanjian Perdagangan dengan Indonesia

Indonesia berharap akan mulai menerapkan Perjanjian Preferensial Perdagangan (PTA) dengan Iran pada 2025.

Baca Selengkapnya

Koalisi Masyarakat Sipil Desak Informasi Publik Ungkap Fakta Dugaan Impor Produk Israel ke Indonesia

37 hari lalu

Koalisi Masyarakat Sipil Desak Informasi Publik Ungkap Fakta Dugaan Impor Produk Israel ke Indonesia

Koalisi Masyarakat Sipil desak transparansi perdagangan Indonesia dan Israel, bagaimana tuntutannya?

Baca Selengkapnya

Kemenparekraf Utus 10 Developer Gim Indonesia Ikuti Ajang Gamescom 2024 di Jerman

39 hari lalu

Kemenparekraf Utus 10 Developer Gim Indonesia Ikuti Ajang Gamescom 2024 di Jerman

Kemenparekraf menyebut 10 pengembang gim asal Indonesia siap mengikuti pameran Gamescom di Jerman.

Baca Selengkapnya

Minim Dana Operasional, Satgas Persilakan Industri Ambil Pakaian Bekas dan Tekstil Impor Ilegal jadi Bahan Bakar

45 hari lalu

Minim Dana Operasional, Satgas Persilakan Industri Ambil Pakaian Bekas dan Tekstil Impor Ilegal jadi Bahan Bakar

Satgas persilakan industri ambil balpres dan tekstil impor ilegal jadi bahan bakar. Imbas kurang dana pemusnahan.

Baca Selengkapnya

Ahmad Luthfi Tak Lagi Jadi Kapolda Jawa Tengah, ke Mana Dimutasi dan Apa Tugasnya?

53 hari lalu

Ahmad Luthfi Tak Lagi Jadi Kapolda Jawa Tengah, ke Mana Dimutasi dan Apa Tugasnya?

Kapolda Jawa Tengah Ahmad Luthfi dimutasi sebagai Pati Itwasum dan akan bertugas di Kementerian Perdagangan. Lantas, apa tugasnya?

Baca Selengkapnya

7 Pengawet Makanan yang Aman Dikonsumsi

57 hari lalu

7 Pengawet Makanan yang Aman Dikonsumsi

Berikut beberapa daftar pengawet makanan yang aman dikonsumsi.

Baca Selengkapnya

Inilah 7 Makanan yang Tidak Bisa Basi

58 hari lalu

Inilah 7 Makanan yang Tidak Bisa Basi

Dengan cara penyimpanan yang tepat dan kandungan bahannya, sejumlah makanan ini dapat bertahan selama bertahun-tahun.

Baca Selengkapnya

Inilah Bahaya Mengonsumsi Garam Berlebihan pada Ginjal

21 Juli 2024

Inilah Bahaya Mengonsumsi Garam Berlebihan pada Ginjal

Konsumsi garam yang berlebihan juga dapat memiliki dampak serius pada kesehatan ginjal dan sistem kardiovaskular.

Baca Selengkapnya