Menteri Susi Dituntut Nelayan: Hapuskan Hambatan Melaut!

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Senin, 28 Desember 2015 18:10 WIB

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memberikan sambutan saat sosialisasi program Jaring di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pondok Dadap Sendang Biru, Desa Tambakrejo, Kec. Sumber Manjing, Malang, Jawa Timur, 13 November 2015. TEMPO/Aris Novia Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) mendesak Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti mengatasi beragam hambatan yang ditemui nelayan dalam menangkap ikan di kawasan perairan Indonesia.

"Untuk menggenjot produksi perikanan tangkap pada 2016 terbilang sulit," kata Ketua Bidang Hukum dan Pembelaan Nelayan DPP KNTI Martin Hadiwinata dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin 28 Desember 2015.

Menurut Martin, pernyataan pesimistis tersebut antara lain karena kapasitas tangkapannya sudah terbilang dieksploitasi secara berlebihan, serta ada persoalan kelembagaan perikanan tangkap yang belum tuntas. Martin mencontohkan, sejumlah persoalan yang belum tuntas antara lain alokasi perijinan dan skema perijinan baru yang tersosialisasikan.

Selain itu, ujar dia, pengukuran ulang kapal ikan yang belum tuntas, sedangkan di lain hal ada bantuan lebih dari 3.000 kapal masih akan membutuhkan waktu untuk pembangunannya.

"Sebagai alternatif, peningkatan produksi perikanan dapat di pasok dari subsektor perikanan budidaya. Idealnya, peningkatan produksi perikanan budidaya pada 2016 dapat meningkat tiga kali atau bahkan empat kali lebih besar dari produksi perikanan tangkap 2014," paparnya.

Sebagai prasyaratnya, lanjut Martin, pemerintah harus memastikan harga pakan terkendali, tersedia benih yang berkualitas, serta didukung dengan lingkungan perairan yang sehat. Apalagi, dia mengingatkan bahwa sejumlah komoditas sektor kelautan dan perikanan seperti udang dan tuna masih akan mendapati proporsi terbesar dalam ekspor perikanan pada 2016.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengklaim pertumbuhan sektor perikanan yang dirasakan pada 2015 lebih merata dibandingkan dengan pertumbuhan kinerja sektor perikanan tahun-tahun sebelumnya.

"Kalau dahulu pertumbuhan tinggi tetapi hanya untuk segelintir orang atau pihak-pihak yang memiliki kapal eks-asing," kata Susi Pudjiastuti di Jakarta, Senin (7 Desember 2015).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui bahwa pertumbuhan perekonomian untuk subsektor perikanan pada kuartal III-2015 mencapai 8,37%. Nilai itu ternyata lebih besar dibandingkan pertumbuhan perekonomian subsektor perikanan pada kuartal II-2015 yang hanya 7,17%.

Menteri Kelautan dan Perikanan juga mengutarakan kekecewaannya karena anggaran yang diperoleh KKP hanya sekitar sepertiga dari anggaran Kementerian Pertanian. Hal tersebut, menurut dia, karena kawasan yang dikelola oleh KKP dinilai memiliki luasan tiga kali lebih luas dari kawasan yang dikelola oleh Kementan.

BISNIS

Berita terkait

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

7 hari lalu

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.

Baca Selengkapnya

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

9 hari lalu

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

Tiga kapal nelayan Indonesia asal Natuna ditangkap oleh penjaga laut otoritas Malaysia. Dituding memasuki perairan Malaysia secara ilegal.

Baca Selengkapnya

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

10 hari lalu

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

14 hari lalu

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

15 hari lalu

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

Bareskrim Polri menangkap lima tersangka tindak pidana narkotika saat hendak menyeludupkan 19 kg sabu dari Malaysia melalui Aceh Timur.

Baca Selengkapnya

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

21 hari lalu

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

25 hari lalu

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

33 hari lalu

Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

Menteri KKP Wahyu Sakti Trenggono menyerahkan dua kapal illegal fishing ke nelayan di Banyuwangi, Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

42 hari lalu

Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

Nelayan Indonesia dan tim SAR pada Rabu 20 Maret 2024 berjuang menyelamatkan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka

Baca Selengkapnya

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

45 hari lalu

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

Pengusaha yang hanya mengejar keuntungan telah menyebabkan luasnya praktik kerja paksa, perdagangan manusia, dan perbudakan di sektor perikanan.

Baca Selengkapnya