Ini Alasan Kenapa BI Rate Sulit Turun  

Reporter

Selasa, 8 Desember 2015 03:59 WIB

TEMPO/Nita Dian

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Grup Riset Ekonomi Bank Indonesia (BI) Yoga Affandi menilai Bank Sentral masih dilema sehingga enggan menurunkan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) yang saat ini masih di level 7,5 persen. “Kalau kami lihat dari inflasi yang sudah sangat menurun pada 2015, dengan hitungan 7,5 persen seharusnya suku bunga riil sudah sangat besar,” kata Yoga di Jakarta pada Senin, 7 Desember 2015.

Menurut Yoga, bukan hanya melihat dari inflasi, kenaikan suku bunga bank sentral Amerika (Fed Fund Rate) juga menjadi dasar BI belum menurunkan suku bunganya. Belum lagi, BI saat ini menghadapi dilema. Di satu sisi ada perlambatan ekonomi, di sisi lain masih banyak risiko eksternal yang masih besar. “Kami sadar skenario Fed Fund Rate sudah diputuskan. Kami berpikir ada teritori yang tidak terpetakan dan ada divergensi kebijakan bak sentral lain, seperti European Central Bank,” ucapnya.

Menurut Yoga, BI saat ini berfokus menjaga stabilitas perekonomian. Sumbangan stabilitas terhadap pertumbuhan ekonomi itu jauh lebih besar. Suku bunga BI bersifat prosiklikal, yang berarti sangat dipengaruhi bukan hanya dari pendanaan melainkan dari permintaan. “Dengan permintaan yang baik, dengan sendirinya kredit pun akan tumbuh.”

Yoga membenarkan penurunan BI Rate mempengaruhi pertumbuhan saham. Namun kenaikan saham mungkin hanya bersifat sementara. Dalam kajian yang pernah ia lakukan, BI Rate lebih banyak mempengaruhi surat utang negara (SUN) dibandingkan saham sehingga besaran suku bunga BI 7,5 persen masih aman. “Kami ingin melihat perbaikan tidak hanya satu atau dua hari, tapi jangka panjang. Kalau arahnya memang sudah mau turun, ya harus turun,” katanya.

Kondisi lain yang menjadi pertimbangan BI tidak menurunkan BI Rate adalah kemungkinan yang tidak bisa diprediksi. Sangat tidak baik jika tiba-tiba ada guncangan politik deflasi mata uang yuan, kemudian BI mengubah kebijakan suku bunga.

Ia menilai tugas BI yang paling penting adalah mengarahkan kebijakan ekonomi ke arah yang jelas. Pelonggaran moneter memang dibutuhkan, tapi harus dilakukan hati-hati. “Kalau dilihat dari arahnya, suku bunga Fed akan naik. Dengan suku bunga riil yang cukup besar, seharusnya tidak perlu khawatir dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.”

Yoga berujar, dibandingkan dengan negara lain, siklus ekonomi Indonesia siklus cenderung stabil. Namun ada permasalahan mendasar, yaitu defisit transaksi berjalan.

Ia mengatakan agar semua pihak tidak terjebak pada kebijakan-kebijakan jangka pendek. “Sistem perekonomian itu kompleks, ada masalah institusi, hukum, indeks korupsi, dan birokrasi. Itu jauh lebih penting dibandingkan respons terhadap hal yang sifatnya jangka pendek,” katanya.




DANANG FIRMANTO

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

5 jam lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

7 jam lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

14 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

3 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

3 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

4 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

CIMB Niaga Belum Naikkan Suku Bunga Usai BI Rate Naik

4 hari lalu

CIMB Niaga Belum Naikkan Suku Bunga Usai BI Rate Naik

Bank CIMB Niaga belum berencana untuk menaikkan suku bunga, setelah BI menaikkan suku bunga acuan menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

4 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

4 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya