Nelayan Sulit Dapat Pinjaman Perbankan, Ini Saran IPB  

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Jumat, 4 Desember 2015 16:49 WIB

Sejumlah nelayan berunjuk rasa dengan menaiki perahu membawa poster penolakan di Pulau Buatan, Tangerang, 23 November 2015. Dalam aksinya mereka menolak pembangunan pulau buatan di kawasan pesisir Utara Tangerang dan Jakarta. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah perlu menyiapkan payung hukum bagi lembaga pembiayaan di sektor kelautan karena mayoritas lembaga keuangan, seperti sektor perbankan, sulit diakses oleh para nelayan di Indonesia.

Berdasarkan kajian Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB), 70-90 persen nelayan yang melakukan penangkapan ikan di laut menggunakan modal sendiri untuk membiaya kegiatan operasionalnya. Sedangkan bagi nelayan pembudidaya hasil laut dan menggunakan modal sendiri, persentasenya besar, yakni mencapai 93-98 persen.

Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB Arif Satria mengatakan mayoritas nelayan terpaksa menggunakan modal sendiri untuk membiaya kegiatan operasionalnya karena mereka kesulitan mengakses sektor keuangan yang tersedia saat ini.

“Perbankan kurang kompatibel, misalkan jam operasinya tidak seirama dengan jam kerja nelayan. Mikro finance kompatibel, tapi suku bunganya tinggi,” ujarnya pada Jumat , 4 Desember 2015.

Dari data kredit perikanan, ia berujar, mayoritas kredit masih diakses oleh sektor industri perikanan, yakni sejak 2011 hingga 2015 rata-rata berada di atas 76 persen. Sedangkan untuk penangkapan setiap tahun hanya berkisar 0,29 persen.

Menurutnya, kredit perikanan rendah karena beberapa sebab, yakni sektor tersebut masih dianggap penuh risiko dan ketidakpastian, belum berkembangnya asuransi perikanan, rendahnya kompatibilitas sistem perbankan, dan rendahnya keanggotaan nelayan dalam badan hukum koperasi.

Berdasarkan data-data tersebut, menurutnya, pembentukan lembaga pembiayaan nelayan yang kompatibel dan bisa menyesuaikan dengan pola kerja nelayan dianggap menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di bidang perikanan.

Dia mencontohkan, sebuah lembaga keuangan mikro di Kalimantan mau membiayai operasional nelayan dengan membuka kantor pada malam dan pagi hari ketika nelayan kembali dari melaut. Tidak hanya itu, lembaga tersebut juga cukup fleksibel menerima pengembalian pinjaman tanpa dikenakan penalti.




BISNIS.COM

Berita terkait

Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

1 hari lalu

Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

Berbagai serangga yang memberikan manfaat bagi manusia berupa produk yang bernilai komersial.

Baca Selengkapnya

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

2 hari lalu

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

Metode-metode analisis pangan halal yang telah dikembangkan selama ini memiliki keterbatasan.

Baca Selengkapnya

Jumlah Penerima LPDP 2024 Capai 39.040 Orang, IPB Masuk 4 Besar Pilihan Terbanyak

4 hari lalu

Jumlah Penerima LPDP 2024 Capai 39.040 Orang, IPB Masuk 4 Besar Pilihan Terbanyak

Selain IPB, ada beberapa kampus favorit di dalam negeri maupun luar negeri tujuan beasiswa LPDP tahun lalu yang bisa dijadikan referensi.

Baca Selengkapnya

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

8 hari lalu

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

Menko Luhut mengatakan, Cina bersedia untuk mengembangkan pertanian di Kalimantan Tengah dengan memberikan teknologi padinya.

Baca Selengkapnya

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

8 hari lalu

Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.

Baca Selengkapnya

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

10 hari lalu

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Penulisan jurnal ilmiah bagi dosen akan membantu menyumbang angka kredit dosen, meskipun tak wajib publikasi di jurnal Scopus.

Baca Selengkapnya

Banyak dibutuhkan di Bidang Asuransi, Mengenal Profesi Aktuaris

12 hari lalu

Banyak dibutuhkan di Bidang Asuransi, Mengenal Profesi Aktuaris

Menjadi seorang aktuaris memang tidak mudah karena dalam pekerjaannya mengaplikasikan beberapa ilmu sekaligus seperti matematika hingga statistika.

Baca Selengkapnya

Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

13 hari lalu

Prodi Biologi UGM Terbaik di Indonesia QS WUR 2024 Disusul UI, Unair, dan IPB

Kampus UGM, UI, Unair, dan IPB masuk daftar prodi biologi terbaik di dunia versi QS WUR 2024.

Baca Selengkapnya

Menantu Jokowi dari Wali Kota Medan Niat Maju ke Pilgub Sumut 2024, Berikut Karier Politik dan Usaha Bobby Nasution

14 hari lalu

Menantu Jokowi dari Wali Kota Medan Niat Maju ke Pilgub Sumut 2024, Berikut Karier Politik dan Usaha Bobby Nasution

Wali Kota Medan, Bobby Nasution akan mengambil formulir Pilgub Sum dari partai-partai, kecuali PDIP. Menantu Jokowi ini lulusan mana?

Baca Selengkapnya

IPB Universitas Terbaik Ke-3 di ASEAN Versi AppliedHe, Kalahkan 77 Pesaing Termasuk UI dan ITB

22 hari lalu

IPB Universitas Terbaik Ke-3 di ASEAN Versi AppliedHe, Kalahkan 77 Pesaing Termasuk UI dan ITB

AppliedHe menempatkan IPB sebagai universitas terbaik ke-3 se-Asia Tenggara. Mengalahkan UI dan ITB di level lokal.

Baca Selengkapnya