Seorang pengunjung melintas di depan poster gambar Pelabuhan Indonesia dalam acara Indonesia International Infrastructure and Exhibition, Jakarta Convention Centre, Rabu (13/11). Kinerja ekspor Indonesia pada 2013 diperkirakan belum dapat pulih sepenuhnya setelah mengalami defisit neraca perdagangan beberapa kali sepanjang 2012 sedangkan perkembangan impor barang ke Indonesia diperkirakan akan tetap meningkat. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - Penjualan barang dari Provinsi Banten ke luar negeri via Bandara Soekarno-Hatta selama Januari – September 2015 mengalami penurunan secara year on year. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Banten Syech Suhaimi mengatakan kumulatif ekspor sejak awal tahun sampai dengan September tahun ini nilainya turun US$ 1,98 juta (y-o-y). Dengan kata lain selama Januari – September silam ekspor bernilai US$149,81 juta hilir mudik via Soekarno-Hatta.
Penurunan juga berlaku untuk kinerja ekspor bulanan sebesar US$ 1,99 juta pada September dibandingkan bulan sebelumnya. Pada bulan kesembilan ekspor via Soekarno-Hatta tercatat US$ 15,05, padahal pada Agustus sempat mencapai US$17,04 juta. “Peran ekspor via Soekarno-Hatta terhadap total ekspor nonmigas Banten 2,17 %,” ucap Suhaimi, Senin, 16 November 2015.
PT Angkasa Pura II (Persero) mengatakan bisnis pengangkutan barang tergolong usaha yang sangat strategis, termasuk pengiriman barang melalui angkutan udara atau kargo. Perseroan pengelola Soekarno-Hatta ini mengoperasikan terminal kargo sejak 2007.
Angkasa Pura II melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kargo di bandara-bandara yang dikelola, seperti peningkatan kapasitas pergudangan kargo yang dapat menampung peningkatan volume transaksi.
Nilai Ekspor Indonesia 2022 Tumbuh 29,4 Persen, Komoditas Apa yang Berkontribusi?
11 Januari 2023
Nilai Ekspor Indonesia 2022 Tumbuh 29,4 Persen, Komoditas Apa yang Berkontribusi?
Nilai ekspor Indonesia pada 2022 tumbuh 29,4 persen dengan nilai US$ 268 miliar atau sekitar Rp 4.144 triliun. Beberapa komoditas seperti besi baja, bahan bakar fosil, dan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) berkontribusi dalam peningkatan tersebut.