Ikut KTT G20, Ini Empat Agenda Prioritas Indonesia  

Reporter

Jumat, 13 November 2015 17:00 WIB

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro saat menggelar jumpa pers di Jakarta, 2 Juli 2015. ANTARA/Vitalis Yogi Trisna

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, Presiden Joko Widodo akan menyampaikan beberapa isu dalam Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Turki, pada 15-16 November 2015. Dalam pertemuan tersebut, ada kelompok negara maju dan negara berkembang. "Suara Indonesia akan merefleksikan suara negara berkembang," kata dia di kantornya, Jumat, 13 November 2015.

Dalam pertemuan negara-negara besar tersebut,menurut Bambang, Indonesia punya empat agenda prioritas. Pertama adalah mendorong pembangunan infrastruktur demi menambah pertumbuhan ekonomi dunia dua persen pada tahun depan.

Sebab, kata Bambang, sangat sulit menambah dua persen untuk pertumbuhan ekonomi dunia. Tahun 2014 pertumbuhan ekonomi dunia 3,4 persen. Tahun ini angka pertumbuhan diperkirakan 3,1 persen. Adapun tahun depan, angka pertumbuhan diperkirakan meningkat tipis 3,6 persen.

Indonesia ingin berperan dalam tambahan pertumbuhan ekonomi tersebut. Dalam KTT G20, ada topik yang menjadi kebutuhan Indonesia, yakni pembangunan infrastruktur. "Kita harus mendorong kesadaran semua negara bahwa mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga pemerataan adalah pembangunan infrastruktur," ucap Bambang.

Munculnya Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) adalah salah satu hasil saat G20 ramai-ramai membicarakan infrastruktur. Menurut Bambang, selain AIIB, ada Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan yang memiliki bank berfokus pada pembiayaan infrastruktur. Asian Development Bank juga telah menaikkan porsi untuk pembiayaan infrastuktur. "Indonesia akan terus mendorong tumbuhnya pembiayaan infrastruktur."

Agenda kedua adalah mengimbau siapapun yang membuat kebijakan moneter untuk mempertimbangkan dampaknya secara global. Imbauan ini tak hanya ditujukan untuk The Fed, tapi juga untuk Eropa, Jepang, bahkan Cina. "Iya, itu hak mereka, tapi kami minta pada dampaknya untuk negara lain," kata dia.

Soalnya, menurut Bambang, dampaknya bisa saja memperlambat ekonomi global. "Kami harap kebijakan itu juga memperhatikan dampak politik sosialnya, bukan hanya finansial," kata Bambang.

Selanjutnya adalah mendorong reformasi struktural Dana Moneter Internasional (IMF). Bambang mengatakan, reformasi struktural IMF akan membuat negara berkembang lebih mudah mendapatkan dana. Namun, prosesnya sudah terhambat beberapa tahun karena tak mendapat persetujuan kongres Amerika Serikat sebagai negara yang punya kekuatan terbesar dalam lembaga multilateral tersebut. "Kami ingin IMF lebih kuat dan peduli pada negara berkembang."

Terakhir, Indonesia mengapresiasi kerja sama G20 dengan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) terkait dengan kesepakatan pajak internasional. Kesepakatan ini, kata dia, melahirkan kerja sama pembukaan akses akun perbankan untuk kepentingan pajak.

TRI ARTINING PUTRI

Berita terkait

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

10 jam lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

2 hari lalu

Disebut Tukang Palak Berseragam, Berapa Pendapatan Pegawai Bea Cukai?

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sedang menjadi sorotan publik karena sejumlah kasus dan disebut tukang palak. Berapa pendapatan pegawai Bea Cukai?

Baca Selengkapnya

Bambang Brodjonegoro Menjadi Komisaris Independen Astra

2 hari lalu

Bambang Brodjonegoro Menjadi Komisaris Independen Astra

PT Astra International Tbk. (ASII) menetapkan jajaran komisaris dan direksi baru.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

7 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

8 hari lalu

Pemerintah Raup Rp 5,925 Triliun dari Lelang SBSN Tambahan

Pemerintah meraup Rp 5,925 triliun dari pelelangan tujuh seri SBSN tambahan.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

9 hari lalu

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos

28 hari lalu

Estafet Keketuaan ASEAN 2024, Pemerintah RI Beri Hibah Rp 6,5 Miliar ke Laos

Pemerintah RI menyalurkan bantuan Rp 6,5 M kepada Laos untuk mendukung pemerintah negara tersebut sebagai Keketuaan ASEAN 2024.

Baca Selengkapnya

21 Tahun Museum Layang-Layang Indonesia Mengabadikan Layangan dari Masa ke Masa

40 hari lalu

21 Tahun Museum Layang-Layang Indonesia Mengabadikan Layangan dari Masa ke Masa

Museum Layang-Layang Indonesia memperingati 21 tahun eksistensinya mengabadikan kebudayaan layangan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pembatasan Ketat Barang Bawaan Impor Banyak Dikeluhkan, Ini Reaksi Kemenkeu

49 hari lalu

Pembatasan Ketat Barang Bawaan Impor Banyak Dikeluhkan, Ini Reaksi Kemenkeu

Kemenkeu memastikan aspirasi masyarakat tentang bea cukai produk impor yang merupakan barang bawaan bakal dipertimbangkan oleh pemerintah.

Baca Selengkapnya

KPK Serahkan Barang Rampasan Hasil Perkara Korupsi ke Enam Instansi Pemerintah

52 hari lalu

KPK Serahkan Barang Rampasan Hasil Perkara Korupsi ke Enam Instansi Pemerintah

KPK menyerahkan barang rampasan negara hasil perkara tindak pidana korupsi kepada enam instansi pemerintah.

Baca Selengkapnya