Ilustrasi skandal emisi Volkswagen (VW). AP/Nick Ut
TEMPO.CO, Jakarta - Penyelidikan internal Volkswagen (VW) sampai pada dugaan keterlibatan 20 nama yang menjadi dalang di balik skandal emisi. Kasus ini sempat mencoreng nama besar produsen otomotif Jerman tersebut.
Menurut seorang narasumber, seperti dilansir Reuters pada Kamis, 29 Oktober 2015, ada lebih dari sepuluh manajer senior VW yang telah dibebastugaskan selama berlangsungnya penyelidikan.
Di antaranya enam petinggi dari tiga merek eksekutif VW yang terlibat. “Orang yang terlibat dalam kasus ini tidak sedikit,” kata sumber yang menolak identitasnya dipublikasi karena skandal itu dianggap masih sangat sensitif. “Jumlah mereka yang terlibat bisa mencapai 20 orang.”
Jumlah tersebut merupakan satu poin utama yang paling dicari para investor VW karena berpengaruh pada tingkat potensi denda dan perubahan manajemen di perusahaan. Penyelidikan internal VW saat ini sedang berfokus pada 40 karyawan yang paling dicurigai.
“Jumlah itu sudah termasuk saksi,” ucap narasumber itu. Dia menolak berkomentar lebih jauh tentang apakah terdapat anggota Dewan Utama VW di antara 40 individu yang sedang diperiksa tersebut.
Sebelumnya, petinggi VW cabang Amerika, Michael Horn, sempat memicu kritik beberapa regulator otomotif yang tengah menyelidiki kasus ini dengan menuduh teknisi perangkat lunak VW sebagai pihak yang bertanggung jawab.
Kejaksaan Braunschweig di Jerman pun tengah menyelidiki sejumlah nama yang dihubungkan dengan dugaan awal tindak pidana seperti penipuan dan pelanggaran regulasi. Awal bulan ini, mereka menggerebek kantor VW di Wolfsburg serta menahan sejumlah dokumen dan berkas yang terkait dengan skandal ini.
Penyidik memeriksa kembali data dari 2005, ketika VW tengah melakukan gebrakan untuk mendorong intensitas penggunaan teknologi disel di Amerika Serikat sebagai salah satu cara meningkatkan kinerja mereka di pasar otomotif dunia.
Kini permasalahan semakin transparan di mata publik saat Rabu, 28 Oktober lalu, VW mempublikasikan catatan kerugian kuartalan pertamanya sejak 15 tahun lalu. Tercatat, 6,7 miliar euro atau sekitar US$ 7,4 miliar sudah dihabiskan untuk pembiayaan berbagai sektor akibat skandal ini.