Bank Dunia: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masih 4,7 Persen

Reporter

Kamis, 22 Oktober 2015 14:12 WIB

Pekerja bongkar muat beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, 20 Februari 2015. Bulog memastikan tak akan impor beras tahun 2015. Sebab, harga beras pada 2015, diyakini tidak akan terlalu bergejolak karena produksi berlimpah. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Dunia melansir kabar kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini belum bisa bergerak terlalu jauh. Pada triwulan kedua 2015 ini angka pertumbuhan ekonomi masih berada di level 4,7 persen.

Angka pertumbuhan itu, menurut Bank Dunia, akan bertahan hingga akhir tahun ini. Faktor eksternal masih menjadi penyebabnya, yaitu melemahnya harga komoditas dan pelemahan perdagangan global.

Sedangkan di internal, konsumsi domestik yang belum optimal dan lambatnya pertumbuhan investasi jadi penyebabnya. Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo Chaves menyatakan Indonesia tidak sendiri menghadapi situasi itu. Hal serupa juga dialami oleh negara tetangga. "Cina sedang rebalancing dan Amerika menormalisasikan kebijakan moneternya," kata Chaves di Jakarta, Kamis, 22 Oktober 2015.

Situasi Indonesia terbilang lebih baik dalam menghadapi pelemahan ini. Menurut Chaves, pemerintah pro-aktif dengan mengeluarkan sejumlah kebijakan. Langkah ini dapat memperkuat kepercayaan investor. "Upaya membantu dunia usaha serta reformasi regulasi akan membantu."

Pemerintah mesti mewaspadai dampak El Nino yang berpotensi mengganggu harga beras. Tidak menutup kemungkinan harga beras bisa melonjak lima persen dan indeks harga konsumen bisa berada di level 0,3 hingga 0,6 persen.

Sektor yang akan merasakan langsung dari perubahan harga ini ialah rumah tangga miskin. Sebab sebagian besar pendapatan mereka dihabiskan untuk konsumsi makanan.

Sedangkan untuk 2016, Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih baik. Mereka mematok pertumbuhan ekonomi di angka 5,3 persen. Meski demikian, pertumbuhan itu masih dihantui oleh faktor eksternal, seperti kemungkinan kenaikan suku bunga Amerika, perlambatan yang terjadi di Cina dan depresiasi nilai tukar.

Ekonom Bank Dunia Ndiame Diop menilai pemerintah mesti mendorong lagi sektor manufaktur. Selain itu, pariwisata bisa membantu meningkatkan pendapatan dan mencegah defisit transaksi berjalan di saat pertumbuhan kembali menguat. "Upaya reformasi regulasi akan memperkuat iklim investasi," kata Diop.

ADITYA BUDIMAN


Berita terkait

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

10 jam lalu

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

Proyek pembangunan bandara AH Nasution ini mulai dibangun pada 2020 dengan anggaran sebesar Rp 434,5 miliar.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

1 hari lalu

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

2 hari lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

2 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

4 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

6 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

6 hari lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

7 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya