Pejalan kaki melewati pintu masuk ke toko Pizza Hut, yang dioperasikan oleh Yum! Brands Inc, di distrik Soweto Johannesburg, Afrika Selatan, 14 Februari 2015. Permintaan terhadap restoran cepat saji, meningkat tajam di Afrika. Waldo Swiegers/Getty Images
TEMPO.CO, New York - Perusahaan jaringan ritel restoran cepat saji asal Amerika Serika, Yum! Brands Inc yang menguasai merk KFC, Pizza Hut dan Taco Bell, tengah mempertimbangkan untuk menutup unit bisnis di Cina. Keputusan itu ditempuh setelah adanya tekanan yang kuat dari aktivis pemegang saham bernama Keith Meister karena unit bisnis Cina perusahaan ini dinilai tidak lagi potensial setelah merebaknya kasus skandal daging berbakteri dan mis manajemen.
Keith Meister, CEO dan pendiri perusahaan investasi, Corvex Manajemen adalah salah satu aktivis yang sering bersuara lantang menyerukan penutupan unit Cina. Meister masuk dalam jajaran dewan direksi Yum! Brands pada Mei 2015 lalu. Pada pertemuan pemegang saham Mei lalu, Meister menyerukan agar unit bisnis di Cina ditutup saja.
Aktivis pemegang saham adalah seseorang yang menggunakan kepemilikan sahamnya pada sebuah peusahaan untuk menciptakan tekanan publik kepada pihak manajemen perusahaan tersebut. Meskipun kepemilikan saham relatif kecil atau kurang dari 10 persen, sudah dimungkinkan untuk melancarkan suatu kampanye yang berhasil.
Selain Keith Meister ada juga aktivis pemegang saham lain yakni Carl Celian Icahn, pemilik perusahaan investasi Ichan Enterprises dan Daniel Loeb pemilik perusahaan investasi Third Point LLC. Meister dan Icahn memiliki saham Yum! Brands cukup besar yakni lebih dari 15,28 juta lembar. Sementara saham Loeb lebih sedikit yakni 3,57 juta lembar.
Sebenarnya sulit bagi perusahaan yang memiliki resto cepat saji seperti KFC, Pizza Hut dan Taco Bell itu, untuk menutup unit bisnis di Cina. Seperti dilansir dari Japan News yang mengutip Reuters, bagaimanapun juga unit bisnis Cina mereka telah memberikan kontribusi cukup besar bagi induk perusahaan. Dari 6.900 outlet Yum! telah menyumbang 54 persen laba operasi induk perusahaan pada triwulan terakhir ini.
Howard Penny dari Hedgeye Risk Management menyatakan setelah mampu mengatasi skandal daging berbakteri, unit bisnis Yum! di Cina jauh lebih stabil.