Nelayan: Penenggelaman Kapal Ikan Jangan Jadi Program  

Reporter

Editor

Sugiharto

Selasa, 20 Oktober 2015 04:39 WIB

Penenggelaman kapal asing yang mencuri ikan secara ilegal di perairan Bitung, Sulawesi Utara, 20 Mei 2015. Inayah Azmi Atifah/Pacific Press/LightRocket via Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Penenggelaman kapal yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan seharusnya diposisikan sebagai pemberi efek kaget. Pemerintah diminta jangan menjadikan penenggelaman kapal sebagai program rutin, seperti yang terjadi saat ini.

"Penenggelaman kapal itu sebagai strategi pemberian efek kaget, menakuti supaya orang tidak lagi mencuri. Jangan dijadikan sebagai hal yang programatik, terlalu besar ongkosnya," kata Ketua Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia Riza Damanik, Senin, 19 Oktober 2015 dalam jumpa pers di Kantor KNTI, Menteng, Jakarta.

Menurut dia, Kementerian Kelautan melakukan moratorium kapal asing untuk menangkap ikan di perairan Indonesia. Selama moratorium itu, banyak pelanggaran kapal ikan asing. Riza mengatakan moratorium yang dilakukan KKP jangan terlalu lama. Sebab, hal itu bisa menimbulkan efek buruk, yaitu masyarakat dunia melihat laut Indonesia sebagai laut yang penuh dengan kejahatan. "Tidak baik juga kalau terlalu lama moratorium. Jadi, letakkan saja sebagai shock terapi dan jalankan rangkaian-rangkaian hukum yang lain," kata Riza.

Lebih jauh, Riza menyatakan sejumlah prioritas di bidang undang-undang mesti diselesaikan pemerintah maupun DPR untuk melindungi laut Indonesia dan kehidupan nelayan. Peraturan itu, di antaranya, menuntaskan dan mengesahkan RUU Perlindungan Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan Petambak Garam. Menurut Riza, RUU ini sudah menjadi komitmen lama, tapi sampai sekarang belum terlihat hasilnya. "Kami harap ini diselesakan sebagai bentuk komitmen pemerintah untuk melindungi nelayan."

Peraturan lainnya adalah menyelesaikan peraturan pemerintah (PP) yang merupakan turunan dari Undang-Undang Kelautan. Riza meminta Menko Maritim Rizal ramli segera mengambil kepemimpinan untuk menyelesaikan utang yang belum selesai ini, yaitu melahirkan PP untuk mengoperasionalisasikan undang-undang. Harapan lain adalah adanya keberpihakan pemerintah terhadap anggaran provinsi/kabupaten/kepulauan. Dalam Undang-Undang Kelautan, sudah ada perintah untuk segera mengalokasikan anggaran khsusus kepada provinsi/kabupaten/kepulauan. Namun belum terlaksana karena PP-nya belum ada.

Pemerintah juga diminta menyusun dokumen kebijakan kelautan nasional. Dokumen ini belum dimiliki padahal penting sebagai visi poros maritim. "Mau kayak apa sih sebenarnya poros maritim itu. Sekarang masing-masing jalan sendiri, ada di KKP, Menko Maritim, Bappenas, terlalu banyak. Ini menunjukan pemerintah belum siap maju ke depan untuk menggenapkan janji-janji menuju poros maritim," kata Riza.

Dokumen induk ini nantinya juga harus diturunkan ke dalam rancangan kebijakan kelautan nasional. Apalagi pemerintah belum punya rencana tata ruang laut nasional. Sesuai dengan komitmen pemerintah, Indonesia, paling lambat Juni 2016, sudah punya rencana tata ruang laut nasional. "Ini untuk rujukan kegiatan eksploitasi, eksplorasi kelautan agar tidak bertentangan atau merugikan nelayan dan pelaku usaha pariwisata," kata Riza.





AMIRULLAH


Berita terkait

Trenggono Sebut Perbankan Ogah Danai Sektor Perikanan karena Rugi Terus

6 hari lalu

Trenggono Sebut Perbankan Ogah Danai Sektor Perikanan karena Rugi Terus

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan bahwa sektor perikanan kurang mendapat dukungan investasi dari perbankan. Menurut dia, penyebabnya karena perbankan menghindari resiko merugi dari kegiatan investasi di sektor perikanan itu.

Baca Selengkapnya

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

7 hari lalu

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP mengajak investor untuk investasi perikanan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

DFW Desak Pemerintah Usut Dugaan Kejahatan Perikanan di Laut Arafura

18 hari lalu

DFW Desak Pemerintah Usut Dugaan Kejahatan Perikanan di Laut Arafura

Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia mendesak pemerintah untuk mengusut dugaan kejahatan perikanan di laut Arafura.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

29 hari lalu

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Sri Mulyani Masih Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,2 Persen, Bahlil Debat dengan Luhut

47 hari lalu

Terkini Bisnis: Sri Mulyani Masih Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,2 Persen, Bahlil Debat dengan Luhut

Sri Mulyani masih yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap bisa mencapai 5,2 persen pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Inflasi Komoditas Perikanan 2,61 Persen, Ditopang Produksi Melimpah

48 hari lalu

Inflasi Komoditas Perikanan 2,61 Persen, Ditopang Produksi Melimpah

KKP menargetkan inflasi komoditas perikanan tahun 2023 sebesar 3+1 persen.

Baca Selengkapnya

KKP Anggarkan Rp 662 Miliar untuk Kesetaraan Gender, Ada 148 Ribu Perempuan di Sektor Perikanan

48 hari lalu

KKP Anggarkan Rp 662 Miliar untuk Kesetaraan Gender, Ada 148 Ribu Perempuan di Sektor Perikanan

Anggaran untuk mendukung perempuan dan disabilitas yang ada dalam sektor perikanan nasional.

Baca Selengkapnya

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

49 hari lalu

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

Pengusaha yang hanya mengejar keuntungan telah menyebabkan luasnya praktik kerja paksa, perdagangan manusia, dan perbudakan di sektor perikanan.

Baca Selengkapnya

Edi Damansyah Dorong Produksi Perikanan Kukar

49 hari lalu

Edi Damansyah Dorong Produksi Perikanan Kukar

Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), Edi Damansyah, membuat program Dedikasi Kukar Idaman untuk para nelayan dan pembudidaya ikan di Kecamatan Anggana.

Baca Selengkapnya

Gagal, Isu Pertanian dan Subsidi Perikanan Belum Disetujui WTO

5 Maret 2024

Gagal, Isu Pertanian dan Subsidi Perikanan Belum Disetujui WTO

Isu soal pertanian dan subsidi perikanan belum disetujui dalam KTM13 WTO di Abu Dhabi lalu. Meski demikian, sudah disetujui sekitar 80 member WTO.

Baca Selengkapnya