Rp 200 Triliun, Prediksi Kerugian Akibat Bencana Asap

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Sabtu, 10 Oktober 2015 08:00 WIB

Foto udara kebakaran hutan di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, 18 September 2015. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan ada perusahaan Malaysia yang diduga turut andil dalam pembakaran hutan di Indonesia. ANTARA/Nova Wahyudi

TEMPO.CO, Jakarta - Nilai kerugian akibat praktik pembakaran hutan dan bencana asap yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan 2015 diprediksi mencapai Rp 200 triliun.

Peneliti Center for International Forestry Research (CIFOR) Herry Purnomo mengatakan kerugian tersebut merupakan akumulasi dari berbagai faktor seperti kesehatan, kerusakan kayu, pencemaran udara, hingga hilangnya kanekaragaman hayati.

Provinsi Riau, imbuh dia, telah melaporkan kerugian hingga Rp20 triliun. Sementara kebakaran terjadi di ada enam provinsi Indonesia. Singapura pun telah melaporkan kerugian hingga US1,5 miliar atau sekitar Rp20 triliun.

“Jadi ada sekitar Rp 150 trilun kerugian di Indonesia ditambah Singapura. Kalau ditambah negara lain mungkin bisa Rp 200 triliun akibat bencana ini,” ujarnya di Jakarta, Kamis (8 Oktober 2015).

Sebaliknya, Herry mengatakan, segelintir pihak justru menikmati keuntungan dari aksi pembakaran hutan. Mereka adalah elit daerah baik itu pemimpin desa, kecamatan, kabupaten maupun tokoh-tokoh masyarakat yang langsung atau tidak membiarkan kebakaran terjadi.

Herry mengatakan kelompok tersebut mengambil untung dari pembakaran sebagai metode pembukaan lahan yang lebih murah ketimbang mekanisasi. Pemilik lahan hanya bermodalkan Rp800.000 per hektare (ha) saat membakar lahan, sementara kalau menyewa traktor butuh biaya empat sampai lima kali lipat.




Menurut Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, pembakaran adalah langkah awal meningkatkan nilai jual lahan khususnya untuk perkebunan sawit.

Dia mencontohkah lahan gambut di Riau seharga Rp 8,5 juta per hektare. Pascapembakaran, nilai lahan membengkak menjadi Rp11 juta. Dalam tiga tahun, nilai jual lahan yang sudah ditanami menyentuh Rp40 juta. “Jadi masuk akal bila sawit adalah investasi paling menguntungkan di Indonesia. Semua itu dimulai dari kegiatan membakar,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Direktur Eksekutif KEMITRAAN Monica Tanuhandaru mengatakan aksi pembakaran di Indonesia terus berulang tetapi tidak ada tindakan pencegahan nyata. Lembaganya mencatat pada 1982 kebakaran terjadi di 3,2 juta ha lahan, pada 1994 melonjak menjadi 5 juta ha, dan puncaknya pada 1997 seluas 1,7 juta ha.

Pada tahun ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sudah merilis estimasi area terbakar yang mencapai 200.000 hektare. “Tapi data harus kita sinkronkan bersama-sama,” ujarnya.



BISNIS

Advertising
Advertising

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

11 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

19 hari lalu

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.

Baca Selengkapnya

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

44 hari lalu

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

Dari data BNPB, kasus kebakaran hutan dan lahan mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

47 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

49 hari lalu

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

49 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

49 hari lalu

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

Regulasi dinilai penting karena akan mempengaruhi perumusan program dan anggaran penanganan kebakaran.

Baca Selengkapnya

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

50 hari lalu

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

54 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

3 Maret 2024

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya