Proyeksi Perdagangan Global Tahun Ini Dipangkas

Jumat, 2 Oktober 2015 00:04 WIB

Sebuah kapal kontainer bersandar di dekat dermaga pelabuhan Tanjung Priok. Terlihat ratusan peti kemas berada di dalam pelabuhan Tanjung Priok. Jakarta, 3 Agustus 2015. Dimas Ardian/Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) kemarin memangkas proyeksi pertumbuhan perdagangan dunia tahun ini dari 3,3 persen menjadi hanya 2,8 persen. Pemangkasan itu mempertimbangkan suramnya prospek pemulihan ekonomi global akibat perlambatan ekonomi Cina.

Para ekonom WTO juga menyatakan, dalam skenario pesimistis, masih ada peluang pemangkasan proyeksi lagi dengan pertimbangan rentannya ekonomi global. "Jika perlambatan di negara-negara berkembang memburuk, proyeksi bisa dipangkas lagi," ujar WTO dalam publikasinya seperti dilansir Financial Times kemarin.

Menurut WTO, lambatnya pemulihan ekonomi dari penurunan angka impor negara-negara berkembang baru-baru ini akan memangkas 0,5 persen pertumbuhan perdagangan global pada 2015. Proyeksi dari WTO ini dirilis sebelum Dana Moneter Internasional (IMF) menyampaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pekan depan. IMF diperkirakan juga bakal memangkas proyeksi pertumbuhan tahun ini.

Dalam beberapa dekade sebelum terjadinya krisis global, angka perdagangan selalu tumbuh dua kali lipat di atas pertumbuhan ekonomi global yang sering disebut sebagai hiperglobalisasi. Lonjakan perdagangan didorong oleh pertumbuhan Cina dan beberapa negara berkembang lain.

Namun beberapa kebijakan, ujar para ekonom WTO, membuat perdagangan terkoreksi pada semester I tahun ini. Hingga akhir 2015, mereka memperkirakan angka pertumbuhan perdagangan global berpotensi di bawah pertumbuhan ekonomi global.

Meski begitu, WTO memperkirakan perdagangan global pulih tahun depan dan bertumbuh 3,9 persen. Pemulihan itu akan ditopang oleh menguatnya angka ekspor negara-negara maju. Untuk tahun ini WTO memperkirakan ekspor negara maju tumbuh 3 persen, sementara ekspor negara berkembang hanya naik 2,4 persen.

WTO menyatakan penyebab utama perlambatan perdagangan global masih lambatnya pemulihan ekonomi global dari dampak krisis finansial 2008. Adapun lambatnya pemulihan adalah akibat pergeseran pola perlambatan. Sebelumnya, ekonomi dunia melambat akibat Eropa dan Amerika Serikat. Kini penyebab utama adalah perlambatan ekonomi Cina.

Hasil studi Financial Times sebelumnya mengungkapkan tren pelemahan nilai tukar mata uang (kurs) negara-negara berkembang berdampak negatif bagi perdagangan global. Financial Times, yang mengkaji tren perdagangan 100 negara, menemukan depresiasi kurs hanya menyebabkan impor melemah, tapi tidak memberikan manfaat terhadap kenaikan volume ekspor.

"Kita sedang dalam kondisi tergelincir, bersaing dengan negara tetangga sendiri," ujar Kepala Ekonom Allianz, Mohamed El-Erian, yang juga memimpin Dewan Pembangunan Global Presiden Barack Obama.

Sejak Juni 2014, kurs mata uang Rusia, Kolombia, Brasil, Turki, Meksiko, dan Cile telah anjlok 20-50 persen melawan kurs dolar Amerika Serikat. Tidak berbeda, kurs ringgit Malaysia dan rupiah Indonesia mencapai titik terendah sejak krisis finansial Asia pada 1998. Cina, yang terkonfirmasi melakukan devaluasi, mencatatkan penurunan kurs yuan 4,5 persen terhadap dolar AS, yang juga mendorong pelemahan kurs di negara-negara berkembang.


FINANCIAL TIMES | REUTERS

Berita terkait

BNI Terus Ekspansi Bisnis Global

7 Maret 2022

BNI Terus Ekspansi Bisnis Global

Kinerja perdagangan luar negeri awal tahun ini masih tumbuh positif sehingga mendorong kinerja global banking BNI.

Baca Selengkapnya

Jokowi Bersyukur Ekonomi RI Tumbuh Meski Global Sulit Diprediksi

5 Juli 2018

Jokowi Bersyukur Ekonomi RI Tumbuh Meski Global Sulit Diprediksi

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyatakan kondisi perekonomian dunia masih diwarnai dengan ketidakpastian sehingga sulit diprediksi dan dikalkulasi.

Baca Selengkapnya

Paguyuban Gudeg Wijilan Bersiap Go International, Begini Caranya

6 Mei 2018

Paguyuban Gudeg Wijilan Bersiap Go International, Begini Caranya

Para penjual gudeg di Jalan Wijilan, Kota Yogyakarta bertekad terus mengembangkan potensinya untuk menembus pasar internasional.

Baca Selengkapnya

Samsung Minta Maaf di RUPS, Saham Langsung Turun

26 Maret 2017

Samsung Minta Maaf di RUPS, Saham Langsung Turun

Samsul menyampaikan permohonan maaf kepada pemegang saham terkait skandal korupsi Presiden Direkturnya dan insiden Galaxy Note 7.

Baca Selengkapnya

300 CEO Akan Hadiri IORA Business Summit 2017  

3 Maret 2017

300 CEO Akan Hadiri IORA Business Summit 2017  

Ketua Umum Kadin, Rosan Perkasa Roeslani, mengatakan IORA Business Summit (IBS) akan dihadiri lebih dari 300 CEO.

Baca Selengkapnya

2017, Total Bor Enam Sumur di Blok Mahakam

1 Februari 2017

2017, Total Bor Enam Sumur di Blok Mahakam

Kontrak Total di Blok Mahakam akan berakhir pada Desember 2017.

Baca Selengkapnya

Toshiba Luncurkan Super Junction N-Channel Power MOSFET

20 Januari 2017

Toshiba Luncurkan Super Junction N-Channel Power MOSFET

Toshiba Storage & Device Solutions Company, hari ini Jumat, 20 Januari 2017 meluncurkan super junction N-channel power MOSFETs 800V

Baca Selengkapnya

Anggrek Hitam Barito Selatan Diminati Singapura dan Malaysia

20 Januari 2017

Anggrek Hitam Barito Selatan Diminati Singapura dan Malaysia

Anggrek hitam merupakan jenis anggrek yang tumbuh di wilayah Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah sangat diminati oleh beberapa negara.

Baca Selengkapnya

Ekspansi Bisnis Donald Trump di Indonesia  

19 Januari 2017

Ekspansi Bisnis Donald Trump di Indonesia  

Hary Tanoesoedibjo akan bertemu dengan putra Trump di Washington.

Baca Selengkapnya

Pasar Dunia Incar Potensi Bisnis Peruri

18 Januari 2017

Pasar Dunia Incar Potensi Bisnis Peruri

Direktur Utama Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) Prasetio menyebut pasar dunia sudah banyak mengincar potensi bisnis.

Baca Selengkapnya