Ilustrasi Bahan Bakar Gas dan Pertamina. Getty Images
TEMPO.CO, Jakarta - Corporate Secretary PT Pertamina (Persero) Wisnuntoro Sardjono mengatakan kerugian perusahaan minyak dan gas pelat merah itu ini sudah Rp 15,2 triliun. Jumlah ini naik Rp 2,7 triliun bila dibandingkan dengan kerugian awal Juli 2015 yang mencapai Rp 12,5 triliun.
"Kami masih menjual bensin di bawah harga keekonomian," kata Wisnuntoro setelah diskusi Energi Kita di Jakarta, Minggu, 20 September 2015. Saat ini, Premium dijual Rp 7.400, atau selisih Rp 300-400 dari harga keekonomian Rp 7.700-7.800 per liter.
Penurunan harga minyak dunia saat ini, kata Wisnuntoro, seolah tak berpengaruh pada kerugian Pertamina. Sebabnya, nilai dolar pun merangkak naik hingga tembus Rp 14 ribu. Dengan demikian, biaya yang harus dikeluarkan juga tetap tinggi.
Namun, Wisnu mengaku kinerja Pertamina jauh membaik. Saat ini, sudah ada upaya untuk peningkatan kapasitas dan produksi di enam kilang milik Pertamina. salah satunya Residual Fluid Catalitic Cracking atau RFCC di kompleks kilang Pertamina Cilacap, Jawa Tengah.
Kilang tersebut bisa menghasilkan minyak mentah kualitas tinggi. Pertamina menargetkan akan mendulang keuntungan Rp 1,5-1,7 triliun dari kilang itu. "Dulu tidak ada proses seperti ini, seolah ada pihak yang ingin kita terhambat," ujar Wisnu.
Selain itu, ada juga upaya peningkatan produksi kilang lokal untuk memenuhi kebutuhan lokal sebanyak 1,6 juta barel per hari. "Kami tingkatkan dari 1,05 juta barel per hari. Jadi kita tak perlu bergantung pada Singapura lagi."
PT Pertamina Hadirkan UMKM Unggulan di Inacraft 2024
27 Februari 2024
PT Pertamina Hadirkan UMKM Unggulan di Inacraft 2024
PT Pertamina (Persero) akan menjadi salah satu yang terdepan dalam menghadirkan 29 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) unggulan di pameran produk kerajinan Inacraft 2024.