2050, 6 Juta Jiwa Lebih Mati Karena Polusi Udara

Reporter

Kamis, 17 September 2015 22:00 WIB

Lalu lintas kendaraan terganggu akibat pencemaran udara yang tinggi di Beijing, Cina, 15 Januari 2015. Beijing mengeluarkan peringatan asap pertama pada 2015. Udara stagnan dan lembab telah memperburuk polusi udara yang menyebabkan kabut asap tebal. REUTERS/Kim Kyung-Hoon

TEMPO.CO, Jakarta - Polusi udara diperkirakan akan membunuh lebih dari 6,5 juta jiwa di seluruh dunia pada 2050, dua kali lebih banyak dari jumlah kematian akibat polusi udara pada saat ini.

Dikutip dari DailyMail, Kamis (17 September 2015), sebuah penelitian mengungkapkan secara global, pencemaran udara menyebabkan sekitar 3,3 juta kematian prematur setiap tahunnya, terutama di Asia.

Kematian tersebut disebabkan oleh dua polutan yakni partikel halus yang dikenal sebagai PM2.5s dan gas nitrogen dioksida beracun, yang dihasilkan oleh mobil diesel, truk, dan bus.

Polutan memengaruhi kapasitas dan perkembangan paru-paru seseorang, juga terkait dengan kanker paru-paru hingga penyakit jantung.

Profesor Jos Lelieveld dari Max Planck Institute for Chemistry membuat model untuk melihat hubungan polusi udara global dengan data kependudukan dan statistik kesehatan. Dari model tersebut diperkirakan kontribusi relatif dari sumber yang berbeda, terutama partikel halus yang menyebabkan kematian dini.

Hasil penelitian menunjukkan emisi energi dari hunian, seperti memasak dan pemanasan, yang lazim terjadi di China dan India memiliki dampak terbesar.

Sementara itu, di sebagian besar wilayah Amerika Serikat dan beberapa negara lain, emisi dari lalu lintas dan pembangkit listrik ditemukan sebagai penyebab terbesar. Di Eropa, emisi dari pertanian merupakan penyumbang terbesar partikel halus beracun.

Profesor Michael Jerrett dari California University mengatakan hasil studi tersebut sangat mengejutkan dan harus menjadi wake-up call bagi para pembuat kebijakan.

Dia menuturkan hasil penelitian itu juga memperlihatkan sekitar satu juta jiwa dapat diselamatkan setiap tahunnya dengan mengurangi paparan polusi pada lingkungan.

"Lebih dari 3,54 juta jiwa pertahun bisa diselamatkan dengan mengurangi paparan polusi dalam ruangan, khusunya dari perubahan penggunaan energi di bangunan komersial atau hunian," ucapnya.


BISNIS.COM

Berita terkait

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

19 jam lalu

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

1 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

1 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

2 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

6 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

12 hari lalu

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.

Baca Selengkapnya

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

34 hari lalu

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

Studi ini mengeksplorasi hubungan antara paparan polusi cahaya pada malam hari dengan potensi risiko kesehatan otak dan stroke.

Baca Selengkapnya

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

49 hari lalu

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

Startup BiruLangit dari unit inkubasi Bandung Technopark Telkom University mengembangkan alat pemantau udara Low-Cost Sensors (LCS)

Baca Selengkapnya

Mikroplastik di Dalam Darah Berkorelasi dengan Peningkatan Serangan Jantung

51 hari lalu

Mikroplastik di Dalam Darah Berkorelasi dengan Peningkatan Serangan Jantung

Studi atas tumpukan plak di pembuluh darah pasien rumah sakit di Italia mendapati kandungan mikroplastik yang sangat jelas di bawah mikroskop.

Baca Selengkapnya

Kurangi Polusi Udara Sekaligus Kemacetan, BISKITA Kemenhub Hadir di Bekasi

53 hari lalu

Kurangi Polusi Udara Sekaligus Kemacetan, BISKITA Kemenhub Hadir di Bekasi

Kementerian Perhubungan secara bertahap sejak 2020 meluncurkan angkutan massal dengan sistem Buy the Service (BTS). Kurangi polusi udara dan kemacetan

Baca Selengkapnya