Ilustrasi kurs rupiah dan mata uang Indonesia. Getty Images
TEMPO.CO, Jakarta - Asisten Deputi Moneter dan Neraca Pembayaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edi Rio Pambudi mengatakan, tren rupiah semakin menajam ke atas. Artinya, nilai tukar rupiah masih akan terus melemah.
Dari awal 2015 hingga September, rupiah telah terdepresiasi 14,14 persen. Sebagai pembanding, Edi mengatakan depresiasi sepanjang 2013 sebesar 24,26 persen.
Depresiasi ini disebabkan oleh kondisi global yang belum pulih sesuai ekspektasi. Antara lain, ketidakpastian naiknya suku bunga The Fed, devaluasi yuan, dan ada perilaku ‘ikut-ikutan’ oleh beberapa negara. “Satu devaluasi, semua melakukannya untuk melindungi daya saing,” kata Edi, di Jakarta, Kamis, 10 September 2015.
Selain itu, kondisi domestik juga tak kunjung membaik. Neraca transaksi berjalan masih defisit. Depresiasi rupiah seharusnya meningkatkan ekspor. Namun ekspor Indonesia malah melambat. Dari kondisi internal, menurut Edi, mengatakan ekspor Indonesia masih sangat kaku.
Terlihat dari tak beragamnya produk ekspor Indonesia. Pasar dunia kini lebih memilih barang yang bernilai tambah tinggi. Sementara itu, produk ekspor Indonesia mayoritas adalah bahan mentah yang belum ada nilai tambahnya.
Menko Airlangga Bicara Ekonomi RI hingga Hasil Pemilu di Hadapan Pebisnis Inggris
2 hari lalu
Menko Airlangga Bicara Ekonomi RI hingga Hasil Pemilu di Hadapan Pebisnis Inggris
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara perkembangan ekonomi terkini, perkembangan politik domestik dan keberlanjutan kebijakan pasca Pemilu 2024.