Mainan replika bus dan truk dari kayu di toko mainan milik Umar, Kalibata, Jakarta Selatan, Senin 11 Juni 2012. Mainan jenis ini sempat diekspor ke beberapa negara seperti Belanda, Jerman dan Australia dari tahun 1980 an hingga tahun 2000. Ekspor terhenti karena aksi teror bom Bali dan Kuningan dan mainan tersebut dipatok dengan harga 50 hingga 300 ribu. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
TEMPO.CO , Jakarta - Perajin mobil mainan dari kayu, Marsaad, 75 tahun, mampu meraih omzet hingga puluhan juta rupiah setiap bulan. Namun ia tak bisa mengembangkan usaha yang telah digeluti sejak 35 tahun silam lantaran terhambat permodalan.
“Sebenarnya saya ingin mengembangkan usaha ini. Namun, karena terhambat modal, saya jalani saja yang ada," katanya saat ditemui di tokonya di Kalibata Timur, Jakarta Selatan, Selasa, 8 September 2015.
Marsaad sempat membuka cabang di beberapa daerah. Namun sekarang ditutup lantaran kekurangan modal usaha untuk memasok barang.
Ia mengaku jumlah mainan yang diproduksi masih minim. "Kami hanya bisa memproduksi sekitar 1.000 unit per bulan. Itu masih jauh dari harapan," ucapnya.
Menurut dia, pembuatan mobil mainan masih bersifat manual, tanpa mesin yang canggih. Untuk membuat satu unit mainan ukuran sedang dibutuhkan waktu selama dua hari, dari pemotongan sampai proses pewarnaan. Untuk memproduksi mobil mainan, Marsaad dibantu 50 karyawan.
Marsaad berharap ada yang bisa memberikan pinjaman untuk menambah modal. "Saya ingin membangun pabrik agar produksi bisa maksimal dan tidak memakan waktu yang lama," katanya.
Dengan modal yang cukup kuat, ia berharap penjualan bisa meningkat. Saat ini Marsaad mampu menjual 5-10 unit untuk hari biasa. "Pada hari libur, penjualan bisa mencapai 60 hingga 70 unit per hari," katanya.
Finalis WMM 2023 Pamerkan Karya dan Kreasi Unggulannya
19 Januari 2024
Finalis WMM 2023 Pamerkan Karya dan Kreasi Unggulannya
Para finalis yang berhasil lolos seleksi dari lebih dari 8.000 pendaftar dari berbagai daerah di Indonesia memamerkan inovasi, kreativitas, dan inspirasi mereka.