Rupiah Melemah, BPS: Barang dan Komoditas Bisa Langka

Reporter

Rabu, 2 September 2015 19:26 WIB

Pekerja mencuci kedelai bahan baku pembuatan tempe di Cipinang, Jakarta, 27 Agustus 2015. Harga kacang kedelai ikut naik seiring menguatnya nilai tukar dollar Amerika Serikat dari harga Rp. 6.300 per kilo menjadi Rp. 7.200 per kilo. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengkhawatirkan terjadinya kelangkaan komoditas jika nilai tukar rupiah terus melemah. Kepala BPS DIY Bambang Kristianto mengatakan, banyak perusahaan di Yogyakarta yang mengandalkan komoditas dan bahan baku impor.

Komoditas dan bahan baku impor yang banyak diimpor itu seperti kedelai, beras, daging sapi, jagung, susu, obat-obatan, dan bahan baku perusahaan garmen. “Bila rupiah terus melemah, harga komoditas semakin naik. Kelangkaan barang menjadi ancaman,” kata Bambang di Yogyakarta, Rabu, 2 September 2015.

Bambang mengatakan pemerintah harus bisa mengontrol harga kedelai impor agar tidak terjadi kelangkaan tempe dan tahu di pasaran. Bambang berharap nilai tukar rupiah terhadap dolar bisa menguat lagi dan tidak terus melemah hingga menembus Rp 15 ribu per dolar. Meskipun begitu, ia menilai kondisi ekonomi saat ini, tidaklah seperti krisis ekonomi pada 1998.

Data BPS DIY menunjukkan kain tenun berlapis adalah komoditas impor utama DIY. Nilai impor kain tenun sebesar US$ 42.223 atau 41,87 persen dari total impor sebesar US$ 100.841. Pada Juli lalu, impor produk lebih meningkat 6,07 persen dibanding Juni. Komoditas lainnya berupa kulit mentah, kain rajutan, plastik, dan barang plastik. DIY mengimpor sejumlah produk dari Korea Selatan, Jepang, dan India.

Bambang menyatakan merosotnya nilai tukar rupiah memukul perusahaan tekstil yang mengimpor bahan baku seperti benang impor. Sebagian dari perusahaan itu mulai melakukan efisiensi dengan cara melakukan pemutusan hubungan kerja. Ada juga yang memilih untuk mengurangi jam kerja karyawan.

Sekretaris Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia Kabupaten Sleman Wihan Padmanto mengatakan, importir belum menaikkan harga kedelai impor. “Perajin tahu dan tempe belum menaikkan harga karena harga kedelai masih stabil,” kata Wihan. Harga kedelai impor dari Amerika Serikat saat ini Rp 7.200 per kilogram.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

20 jam lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

5 hari lalu

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

Unilever Indonesia mengaku tak terlalu terdampak dengan pelemahan rupiah karena mayoritas bahan baku mereka berasal dari dalam negeri.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

5 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

7 hari lalu

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

Yusuf Wibisono menilai bukan putusan MK yang memberi pengaruh terhadap nilai tukar rupiah, melainkan konflik geopolitik dan kebijakan The Fed.

Baca Selengkapnya

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

7 hari lalu

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

Kendati terjadi pelemahan rupiah, Airlangga mengklaim rupiah masih lebih baik dibanding mata uang lain. IHSG juga diklaim lebih baik dari negara lain.

Baca Selengkapnya

Bos BCA Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah, Mulai dari Dividen hingga Impor Bahan Baku

7 hari lalu

Bos BCA Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah, Mulai dari Dividen hingga Impor Bahan Baku

Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja menilai pelemahan rupiah bukan hanya karena konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

7 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

7 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

8 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

8 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya