Rupiah Melemah, Perajin Batik di Imogiri Kena Imbas, Kenapa?

Reporter

Selasa, 1 September 2015 19:02 WIB

Perajin mengerjakan pembuatan kain batik khas Kebumen di Sentra Industri Batik Seliling, Kabupaten Kebumen, Jateng, 26 Juni 2015. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejumlah perajin batik di Imogiri, Bantul, ikut terkena imbas pelemahan nilai tukar rupiah yang kini masih tertahan di angka 14 ribu per dolar Amerika. Sejak rupiah melemah, mereka harus mengeluarkan biaya 20 persen lebih besar untuk pewarna sintetis dan kain. “Keuntungan perajin jadi berkurang,” kata Ketua Paguyuban Batik Tulis Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul, Nur Ahmadi kepada Tempo, Senin, 31 Agustus 2015.

Nur mengatakan selama ini para perajin yang tergabung dalam paguyuban menggunakan dua bahan pewarna untuk membuat batik, yakni pewarna sintetis yang diimpor dan pewarna alami yang dikerjakan secara langsung oleh perajin batik.

Dalam proses pembuatannya, batik dengan pewarna alami memerlukan proses yang lama. Paling tidak perlu waktu satu bulan. Pewarna alami menggunakan bahan-bahan yang berasal dari kulit pohon, seperti kulit mahoni dan jati. Untuk bisa menjadi pewarna, bahan-bahan itu harus melalui proses fermentasi. Karena prosesnya yang rumit dan lama, batik dengan pewarna alami dijual jauh lebih mahal, yakni Rp 400 ribu-2,5 juta per lembar.

Karena harganya yang mahal, tak semua orang mau membeli batik dengan pewarna alami. Sedangkan batik pewarna sintetis dihargai Rp 350 ribu-1 juta. Di Giriloyo, batik tulis berukuran 2,5 meter dijual seharga Rp 450-2,5 juta. Batik tulis dikerjakan dengan serius menggunakan teknik membatik, misalnya lilin panas.

Nur Ahmadi mengatakan, bila nantinya nilai tukar rupiah tak kunjung menguat, para perajin berencana mengurangi penggunaan pewarna sintetis. Selanjutnya, mereka akan lebih banyak menggunakan pewarna alami.

Paguyuban Batik Tulis Giriloyo memiliki 15 kelompok perajin. Wukirsari, yang merupakan desa wisata, memiliki 600 keluarga yang punya profesi pembatik. Batik-batik karya warga Desa Wukirsari kemudian dikirim ke sejumlah daerah, seperti Jakarta, Surabaya, dan Bali.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

3 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

3 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

3 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

3 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

4 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

4 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

6 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya