Rupiah Melemah, Eksportir Mebel Keluhkan Sepinya Order  

Reporter

Jumat, 28 Agustus 2015 07:46 WIB

Pekerja mengecat kayu bahan dasar pembuatan mebel di Manggarai, Jakarta, 23 Juni 2015. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, realisasi pertumbuhan produksi industri manufaktur kelas menengah besar sektor furnitur dan kerajinan hanya bertumbuh 0,88% pada kuartal I/2015. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO, Surakarta - Nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap dolar, yang kini menembus Rp 14 ribu per dolar, ternyata tidak serta-merta disambut gembira oleh kalangan eksportir yang seharusnya bisa menangguk untung. Eksportir mebel di Solo dan sekitarnya, misalnya, justru ikut mengeluh lantaran sepinya order dari luar negeri.

"Krisis ini juga dialami oleh negara-negara yang biasa menjadi tujuan ekspor para perajin mebel," kata Bendahara Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Solo Rany Permatasari, Kamis, 27 Agustus 2015. Konsumen dari berbagai negara tujuan ekspor tersebut memilih menahan diri dan tidak membeli barang-barang dari luar negeri.

Selain itu, konsumen di luar negeri terus memantau nilai tukar dolar terhadap rupiah. "Mereka tahu bahwa dolar sedang tinggi," ujarnya. Ujung-ujungnya, para konsumen meminta diskon yang cukup besar kepada para eksportir asal Indonesia.

Menurut Rany, diskon yang biasa diminta para konsumen juga cukup besar. "Bisa mencapai 15 persen," tuturnya. Kondisi itu membuat eksportir justru mengeluh di tengah tingginya nilai tukar dolar ini. "Kami sering harus mengabulkan permintaan diskon lantaran penjualan memang sepi."

Dia mengatakan kondisi krisis saat ini memang berbeda dengan krisis pada 1998. Saat itu banyak eksportir mebel yang menuai keuntungan besar lantaran tingginya nilai tukar dolar. "Sedangkan sekarang sangat susah lantaran persaingan antarnegara cukup ketat," ucapnya.

Apalagi para eksportir mebel juga harus berhadapan dengan berbagai regulasi yang cukup rumit. Salah satunya adalah regulasi Forest Law Enforcement Governance and Trade-voluntary Partnership Agreement (FLEGT-VPA), yang merupakan syarat untuk bisa mengekspor mebel ke wilayah Eropa. Rany mengatakan regulasi itu kemungkinan akan diberlakukan tahun depan.

AHMAD RAFIQ

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

2 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

2 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

3 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

3 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

3 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

5 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

6 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya