Menteri Keuangan RI, Bambang Brodjonegoro (kanan), berpasangan dengan mantan atlet nasional Rudi Hartono, bermain bulu tangkis di lapangan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Jakarta, 9 Agustus 2015. Bambang memilih menghabiskan waktu liburnya dengan bermain bulutangkis bersama atlet nasional. TEMPO/M Iqbal Ichsan
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan kondisi ekonomi saat ini bukan krisis. Meski begitu, ujar dia, semua pihak harus terus waspada akan segala kejutan yang muncul pada ekonomi global.
Kondisi waspada menggambarkan dua hal. Pertama adalah menyadarkan semua pihak bahwa kondisi saat ini tak mudah. Di sisi lain, tetap memberikan semangat bahwa masih ada jalan keluar.
Bambang mengatakan saat ini Indonesia dihadapkan dengan kondisi global yang berbeda dibandingkan dengan krisis 1998. Saat ini, ekonomi global punya pola baru, yakni pemberian stimulus ekonomi.
Pola baru ini membuat ekonomi global mudah naik dan turun. Hal ini juga berimbas pada ekonomi Indonesia. Gelembung stimulus dari negara maju membuat kondisi ekonomi menjadi sangat baik dan tak disadari sebagai kondisi sesaat. Ia mengatakan pemerintah dan swasta agak lalai menghadapi gejala sementara tersebut.
Salah satu kejutan yang harus dihadapi saat ini adalah devaluasi yuan yang membuat kompleksitas makin tinggi. “Siapa sangka devaluasi Cina akan terjadi dan siapa yang bisa pastikan berapa lama akan dilakukan?” ujar Bambang.
Termasuk turunnya harga minyak. Perkiraan awal turunnya harga minyak hanya berlangsung sebentar. Namun ternyata hingga kini harga minyak masih terus melemah. Dengan begitu, harga komoditas lain juga akan sulit naik. “Kita harus bergerak cepat agar tak bergantung pada komoditas,” ujarnya.