Inilah Beda Krisis 1998 dan Perlambatan Ekonomi 2015

Reporter

Editor

Grace gandhi

Rabu, 26 Agustus 2015 07:23 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Krisis ekonomi yang terjadi pada 1998 membuat sebagian masyarakat Indonesia waspada terhadap gejolak ekonomi saat ini. Pengamat ekonomi, Telisa Aulia Falianty, mengatakan hal itu wajar terjadi lantaran masyarakat sudah pernah mengalami krisis sebelumnya.

"Masyarakat semakin waspada dan sadar," kata ekonom dari Universitas Indonesia itu, Selasa, 25 Agustus 2015.

Kendati demikian, Telisa menganggap situasi sekarang belum masuk kategori krisis. Sebab, dari sisi fundamental ekonomi, menurut Telisa, situasi Indonesia saat ini sudah lebih baik dibandingkan 1997-1998. "Kalau dulu, kan, krisisnya terjadi di Asia, sekarang global," ucapnya.

Akibat tekanan global, Telisa melanjutkan, Indonesia mengalami perlambatan ekonomi. Namun melemahnya nilai tukar rupiah yang sudah menyentuh level Rp 14 ribu per dolar Amerika Serikat itu lebih banyak dipicu kondisi eksternal.

“Selama bank sentral Amerika Serikat belum memberikan kejelasan seputar suku bunganya, rupiah bakal terus bergerak naik-turun,” ujar Telisa.

Namun, Telisa mengingatkan, pemerintah tidak bisa terus-menerus menenangkan masyarakat. Untuk menurunkan sentimen negatif seputar krisis, Presiden Joko Widodo harus bekerja lebih keras lagi dan segera merealisasikan anggaran belanja yang saat ini masih kecil. "Kebijakan moneter dan fiskal belum cukup kuat, harus ada terobosan lain," tuturnya.

Pada level internasional, Telisa menambahkan, sebagai negara anggota forum G-20, Indonesia semestinya bisa berbuat banyak untuk meredam gejolak ekonomi. "Setidaknya di kawasan Asia Tenggara dulu, misalnya," katanya. Sedangkan pada level domestik, sekarang merupakan waktu yang tepat untuk mendorong dan memanfaatkan produk lokal.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro juga menegaskan pelemahan perekonomian saat ini masih dalam porsi yang sehat. Kekhawatiran terjadinya krisis seperti tahun 1998 pun masih jauh dari kenyataan.

Bambang merujuk pada indeks inflasi 2 persen dan pertumbuhan 4,7 persen saat ini yang sehat, berbanding terbalik dengan tahun 1998 yang minus hingga belasan persen.

ADITYA BUDIMAN






Advertising
Advertising




























































Berita terkait

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

4 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

9 hari lalu

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

Unilever Indonesia mengaku tak terlalu terdampak dengan pelemahan rupiah karena mayoritas bahan baku mereka berasal dari dalam negeri.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

9 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

10 hari lalu

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

Yusuf Wibisono menilai bukan putusan MK yang memberi pengaruh terhadap nilai tukar rupiah, melainkan konflik geopolitik dan kebijakan The Fed.

Baca Selengkapnya

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

10 hari lalu

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

Kendati terjadi pelemahan rupiah, Airlangga mengklaim rupiah masih lebih baik dibanding mata uang lain. IHSG juga diklaim lebih baik dari negara lain.

Baca Selengkapnya

Bos BCA Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah, Mulai dari Dividen hingga Impor Bahan Baku

10 hari lalu

Bos BCA Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah, Mulai dari Dividen hingga Impor Bahan Baku

Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja menilai pelemahan rupiah bukan hanya karena konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

11 hari lalu

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

Konflik Timur Tengah ini dikhawatirkan akan bereskalasi menjadi perang yang lebih besar. Nilai tukar rupiah semakin melemah.

Baca Selengkapnya

Istana Tegaskan Presiden Jokowi Terus Dorong Penguatan KPK

1 Desember 2023

Istana Tegaskan Presiden Jokowi Terus Dorong Penguatan KPK

Ari Dwipayana menyebut semua pihak termasuk Presiden Jokowi berharap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjalankan fungsinya dengan baik.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Sebut Pelemahan Rupiah Bisa Untungkan Eksportir

27 Oktober 2023

Wamenkeu Sebut Pelemahan Rupiah Bisa Untungkan Eksportir

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika bisa menguntungkan para eksportir.

Baca Selengkapnya

Agenda Jokowi Reshuffle Gelombang Kedua

26 Oktober 2023

Agenda Jokowi Reshuffle Gelombang Kedua

Presiden Jokowi dikabarkan kembali akan reshuffle kabinet pada pekan depan. Siapa saja yang bakal diganti?

Baca Selengkapnya