Ekonomi Melambat, Kesejahteraan Turun. Ini Tanda-tandanya  

Reporter

Editor

Grace gandhi

Selasa, 25 Agustus 2015 04:14 WIB

Ilustrasi kemiskinan Jakarta. Getty Images

TEMPO.CO , Jakarta: Institute For Development of Economics and Finance (Indef) menyatakan perekonomian negara yang melambat akan memiliki efek samping. Salah satu efeknya berujung pada penurunan kesejahteraan masyarakat.

"Ini efek krusial yang nyata dan perlu mendapat perhatian pemerintah," ujar Direktur Indef Enny Sri Hartati di kantornya, Senin, 24 Agustus 2015.

Menurut Enny, ada 10 indikator yang dapat membuktikan adanya penurunan kesejahteraan pada masyarakat.

1. Tingginya inflasi dari sektor volatilitas harga pangan
Secara perhitungan tahunan, hingga Juli 2015 inflasi bahan pangan telah mencapai 8,28 persen. Meskipun inflasi dari suku bunga, nilai tukar, dan harga yang dikendalikan pemerintah cukup stabil, harga pangan yang berfluktuatif berdampak langsung kepada masyarakat dan daya beli

2. Nilai tukar petani menurun
Penurunan nilai tukar petani terjadi di semua subsektor pertanian. Indef mencatat penurunan terus terjadi sejak masa pemerintahan yang baru ini pada periode Oktober 2014-Juli 2015. Tanaman pangan turun dari 98,14 menjadi 97,29. Hortikultura turun dari 103,22 menjadi 100,97. Perkebunan rakyat turun dari 101,23 menjadi 97,78. Peternakan turun dari 108,56 menjadi 107,29. Perikanan turun dari 103,61 menjadi 102,27.

3. Upah riil buruh menurun
Tingginya inflasi dari volatilitas harga pangan menggerus pendapatan riil yang diterima buruh. Sejak Januari 2014 hingga Juli 2015 upah buruh terus tergerus menjadi Rp 39.383 per hari dari Rp 37.887 per hari.

4. Daya beli masyarakat turun
Indeks Konsumsi Rumah Tangga terus mengalami penurunan. Setelah hanya tumbuh 5,1 persen pada triwulan I 2015, Indeks Konsumsi Rumah Tangga kembali turun pada triwulan II menjadi 4,9 persen.

5. Pengangguran meledak
Pertumbuhan sektor riil dan manufaktur semakin merosot yang meningkatkan ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK). Bahkan elastisitas penyerapan tenaga kerja jeblok menjadi 180 ribu orang per 1 persen pertumbuhan ekonomi.

6. Kemiskinan meningkat
Meningkatnya pengangguran terbuka berdampak langsung dengan bertambahnya jumlah penduduk miskin. Sejak September 2014, Indef menghitung Indeks Kemiskinan tumbuh menjadi 11,50 persen per Maret 2015.

7. Ketimpangan pendapatan semakin melebar
Jumlah dana pihak ketiga yang notabene dalam jumlah sangat besar meningkat. Berbanding terbalik dengan menurunnya jumlah tabungan masyarakat. Indef memperkirakan indeks gini ratio meningkat menjadi 0,42 dari 0,41.

8. Ketimpangan pertumbuhan antar daerah
Selain perlambatan pertumbuhan ekonomi, harga komoditas yang turun menambah beban masyarakat di daerah. Terutama daerah yang mengandalkan komoditas. Daerah Kalimatan, Sulawesi, Sumatera, Papua, dan Nusa Tenggara semakin tertinggal pertumbuhannya ketimbang pulau Jawa.

9. Pembiayaan terhadap sektor riil (UMKM) menurun
Pertumbuhan sektor manufaktur yang anjlok 3,81 persen pada kuartal I 2015, membuat likuidasi pembiayaan perbankan turun. Hal itu disebabkan oleh tingkat kredit macet yang meningkat.

10. Program bantuan sosial berkurang
Mitigasi risiko terhadap kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) akhir tahun lalu berkurang. Program raskin berkurang dan bantuan langsung tunai dihapuskan. Padahal, efek samping kenaikkan harga BBM akan terus terasa hingga setahun ke depan, meskipun di tengah jalan ada penurunan harga.

ANDI RUSLI

Berita terkait

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

10 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

11 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

42 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

42 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

43 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

43 hari lalu

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.

Baca Selengkapnya

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

43 hari lalu

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

55 hari lalu

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti mengungkapkan kriteria ideal Menkeu seperti apa yang dibutuhkan oleh Indonesia di masa mendatang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

57 hari lalu

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

Ekonom senior UI Faisal Basri menentang rencana penggunaan dana BOS untuk program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef Beberkan Penyebab Harga Pangan Naik, Mulai dari Pemilu hingga Ramadan

57 hari lalu

Ekonom Indef Beberkan Penyebab Harga Pangan Naik, Mulai dari Pemilu hingga Ramadan

Ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani membeberkan sejumlah faktor penyebab naiknya harga kebutuhan pokok,

Baca Selengkapnya