Menteri Perhubungan, Ignatius Jonan di halaman Istana Merdeka, Jakarta, 26 Oktober 2014. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengaku sedang menyiapkan rencana jangka panjang terkait dengan transportasi publik, khususnya di Jakarta dan sekitarnya. Jonan berprinsip pembenahan transportasi di berbagai sektor tidak akan mengorbankan industri otomotif.
“Industri transportasi publik yang maju memang mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, itu betul. Tapi tidak dengan industri otomotifnya,” kata Jonan, yang bertindak sebagai pembicara kunci pada seminar di acara Indonesia International Motor Show (IIMS) 2015, Kamis, 20 Agustus 2015.
Saat ini pemerintah sedang menyediakan 1.000 bus untuk angkutan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Jonan memperkirakan persediaan bus tersebut siap pakai pada Desember mendatang.
Jonan menambahkan, pada 2019, jumlah bus yang siap melayani penumpang di seputar Jakarta ini mencapai 5.000 unit. Selain transportasi berbasis jalan, Kementerian Perhubungan meningkatkan target penyerapan penumpang pada transportasi berbasis rel.
Angka 900 ribu sampai 1 juta penumpang kereta listrik, kata Jonan, akan ditingkatkan hingga 1,5 juta penumpang pada 2019. “Selain itu, nanti juga ada LRT (light rail transit) yang kami siapkan di Jabodetabek.”
Transportasi publik yang baik di suatu negara memang tidak berarti menghambat industri otomotif negara tersebut. Pelaksana pameran IIMS yang juga Direktur PT Dyandra Promosindo, Hendra Noor Saleh, menyampaikan hal itu saat membuka seminar di IIMS di Kemayoran, Jakarta.
Hendra menilai perkembangan transportasi yang baik seharusnya tidak menghambat pertumbuhan industri. “Kita bisa lihat contohnya di negara-negara maju, seperti Jepang dan Jerman,” ujarnya.