TEMPO.CO, Jakarta - Anjloknya bursa saham di Cina tidak hanya menjadi masalah keuangan, tapi juga isu politik. Karena itu, tak aneh jika pemerintah negara tersebut cepat turun tangan untuk menyelamatkannya.
Bursa saham utama di Cina sedang turun drastis. Sejak 12 Juni lalu, Shanghai Composite telah turun 32 persen. Bursa Shenzhen--tempat perusahaan teknologi menjual sahamnya--turun 41 persen dalam periode yang sama. Ini langkah-langkah yang diambil pemerintah untuk menyelamatkan bursa:
1. Membeli saham besar
Lembaga sekuritas dan lembaga keuangan Cina, yakni CSF (China’s Securities Finance Corporation), akan meminjamkan dana sebesar US$ 42 miliar atau setara dengan Rp 560 triliun ke pialang-pialang top agar mereka membeli saham. Para pialang juga sebelumnya berjanji membeli saham dengan nilai sekitar US$ 20 miliar atau Rp 266 triliun. Bila saham terbeli, harga diyakini akan kembali naik.
2. Membeli saham kecil
CSF juga berjanji membeli saham kecil dan menengah meskipun belum menyatakan seberapa banyak.
3. Stimulus baru
Sekitar US$ 40 miliar direncanakan akan dikucurkan ke sektor ekonomi yang membutuhkan. Hal tersebut disebabkan oleh pelambatan ekonomi yang dialami Cina.
4. Belanja pemerintah
Cina juga akan mempercepat pembangunan infrastruktur yang sebelumnya sudah dijanjikan pemerintah, seperti jalan dan sarana umum.
5. Menghentikan perdagangan
Cina mengizinkan lebih dari setengah perusahaan yang terdaftar di bursa menunda kegiatan perdagangan saham.
6. Pemegang saham besar berhenti menjual saham selama 6 bulan
Mulai Rabu, sebagian pemegang saham dilarang menjual melalui pasar kedua selama 6 bulan. CSF mengancam akan memberi sanksi bagi yang melanggar.
7. Tidak ada penawaran perdana saham
Cina telah menghentikan penawaran perdana saham baru sejak akhir pekan lalu.
8. Bank pangkas suku bunga
Bank sentral Cina telah mengurangi suku bunga untuk mengembalikan uang ke cadangan.
9. Investor bebas margin trading
Investor kini boleh melakukan margin trading dan berspekulasi. Mereka mengambil utang untuk membeli saham karena berpikir bahwa mereka akan mendapat keuntungan yang cukup untuk mengembalikan utang dan menerima sisa keuntungan.
10. Devaluasi yuan
Mata uang Cina mulai turun terhadap dolar AS sejak Juli. Ada perkiraan bahwa penurunan akan jauh lebih rendah. Yuan yang lemah membuat ekspor dari Cina ke luar negeri lebih murah, sehingga mampu mendongkrak pertumbuhan ekspor.
NIBRAS NADA NAILUFAR | CNN
Berita terkait
BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini
4 hari lalu
BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.
Baca SelengkapnyaHari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?
10 hari lalu
Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?
Baca SelengkapnyaSenin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus
41 hari lalu
BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.
Baca SelengkapnyaPekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Baca SelengkapnyaMicrosoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI
30 Januari 2024
Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.
Baca SelengkapnyaIsrael Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober
5 Desember 2023
Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas
Baca SelengkapnyaPotensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.
Baca SelengkapnyaBEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham
30 November 2023
Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.
Baca Selengkapnya2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun
26 Oktober 2023
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaTransaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal
7 Oktober 2023
Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan alasan nilai transaksi harian di pasar modal Indonesia yang jeblok dibandingkan tahun lalu.
Baca Selengkapnya