Jaga Harga Cabai, Menteri Gobel Peran Lawan Preman
Editor
Rully Widayati
Rabu, 8 Juli 2015 16:16 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel menyatakan akan memberantas premanisme dalam distribusi komoditas cabai ke pasar-pasar. Aksi premanisme tersebut dilakukan dengan cara mencegah cabai merambah ke pasar agar harga melambung.
"Informasi adanya dugaan premanisme ini baru saya dengar. Baru-baru ini ada upaya yang dilakukan para preman agar distribusi komoditas cabai tidak masuk ke pasar supaya harga tetap naik. Tindakan-tindakan seperti ini (premanisme) yang mesti diberantas," kata Rahmat Gobel saat menghadiri panen cabai merah di sentra tanaman cabai di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu 8 Juli 2015.
Upaya-upaya premanisme tersebut, kata Rahmat, terendus bisa dilakukan karena suplai yang panjang, bisa juga karena ada unsur kesengajaan untuk menaikkan harga. "Kalau keuntungan petani itu kan sudah jelas. Nah, di antara distribusi dari petani itu yang diduga memainkannya," ucap Rahmat.
Karena itu, kata dia, Kementerian Perdagangan akan menggandeng Badan Urusan Logistik agar bisa berperan sentral dalam upaya mengatasi permasalahan tersebut, terutama dalam hal suplai. Nantinya peran Bulog akan lebih besar karena bisa menyerap hasil produksi cabai. "Bulog juga kan punya tempat termasuk di pasar-pasar sehingga bisa memotong mata rantai distribusi yang panjang," beber Rahmat.
Dari hasil pemantauan di berbagai sentra-sentra cabai di seluruh Indonesia, menurut Rahmat, sebetulnya produksi komoditas cabai sudah cukup. Hanya saja persoalannya terkendala pada suplai. "Sekarang, pemerintah sedang berupaya untuk bisa mengatasi bagaimana mengatasi stabilitas suplai dan harga. Misalnya untuk suplai ke wilayah Indonesia Timur, Kemendag bekerja sama dengan Kemenhub akan membuat gerai maritim agar kebutuhan pokok bisa diangkut melalui kapal. Sebab, Pelni punya jalur laut," sebutnya.
Rahmat juga mengaku agar harga cabai tetap stabil, Kemendag berupaya mempromosikan perdagangan langsung antara konsumen dan para petani. Nantinya penjualan akan dilakukan secara langsung dengan berbagai cara marketing yang tentunya melibatkan pihak Bulog. "Dengan cara promosi dan marketing seperti itu, para antara petani dan konsumen bisa berinteraksi atau berdagang langsung," ujarnya.
Namun, ada beberapa hal yang mesti dibenahi berhubungan dengan produksi komoditas cabai. Misalnya soal ukuran dan ketebalan. "Nanti kita coba benahi agar ada standar ukuran dan ketebalan cabai. Termasuk juga perlu adanya teknologi sehingga bisa membantu produksi tetap stabil. Misalnya di saat musim kemarau saat ini, para petani tidak bisa menanam. Tapi dengan adanya teknologi, misalnya, dalam pengairan, tingkat produksi mereka naik meskipun memasuki musim kemarau," papar Rahmat.
Dalam kesempatan tersebut, Bulog Sub Divre Cianjur membeli cabai dari petani di sentra produksi cabai di sentra cabai di Desa Perbawati, Kecamatan sukabumi Kabupaten Sukabumi. Hasil pembelian tersebut langsung didistribusikan ke Gudang Bulog Divre Palembang. "Permasalahan di Palembang itu terjadi kebutuhan cabai, ada short suply. Makanya kami langsung mendatangi sentra-sentra sehingga dilakukan perdagangan langsung," tukas Rahmat.
Ketua Kelompok Tani Wanasari I Ajum Alrasyid mengatakan harga jual cabai merah saat ini lumayan tinggi, sekitar Rp 20 ribu per kilogram dan tomat anjlok menjadi Rp 500 per kilogram. Anjloknya harga tomat dirasakan sekitar satu bulan lalu. "Kalau cabai harganya lumayan mahal. Kami biasa menjual hasil produksi ke pasar di Jakarta," kata Ajum.
DEDEN ABDUL AZIZ