TEMPO.CO, Jakarta - Kemungkinan Yunani ke luar dari Uni Eropa sekaligus pengguna mata uang euro semakin besar setelah negara tersebut berencana menggelar referendum terkait syarat penghematan anggaran dari penyedia dana talangan.
Yunani harus membayar utang senilai 1,6 milyar euro kepada Dana Moneter Internasional (IMF) pada Selasa atau dinyatakan bangkrut. Sejumlah negara lain Eropa bersedia memberikan dana talangan untuk Athena dengan sejumlah syarat perubahan anggaran.
Pemerintah Yunani, yang dipimpin Perdana Menteri Alexis Tsipras, menolak syarat tersebut karena dinilai memberatkan sektor publik. Perundingan demi perundingan gagal mencapai kesepakatan karena pemberi dana talangan dan Athena sama-sama bersikeras dengan sikap masing-masing.
Pada Sabtu malam 27 Juni 2015, Yunani menyatakan berencana menggelar referendum mengenai persetujuan warga soal penerimaan dana talangan berserta seluruh persyaratannya pada 5 Juli dan meminta tenggat pembayaran utang untuk IMF diperpanjang hingga tanggal tersebut.
Namun, permintaan perpanjangan tenggat pembayaran utang itu kemudian ditolak oleh 18 menteri keuangan dari negara-negara pemberi dana talangan, sehingga benar-benar membuat Yunani terancam gagal utang.
Penolakan itu memberi tekanan besar pada sektor perbankan di Yunani, yang masih sangat bergantung pada dukungan bank sentral Eropa untuk dapat terus beroperasi. Kepanikan warga juga mulai terlihat dari antrian panjang di beberapa mesin penarikan uang.
"Perundingan bantuan finansial untuk Yunani akan berakhir pada 30 Juni 2015, demikian juga dengan semua kesepakatan terkait lainnya," demikian pernyataan 18 menteri keuangan saat menolak permintaan perpanjangan tenggat waktu dari Athena seperti dikutip Antara, Senin 29 Juni 2015.
Salah satu syarat dana talangan dari para kreditur itu adalah memotong anggaran penisun dan menaikkan pajak. Tetapi menurut Tsipras, kebijakan itu justru akan semakin memperparah ekonomi mengingat seperempat dari angkatan kerja di Yunani sudah menjadi pengangguran.
Sejumlah konsekuensi akan dialami oleh Yunani jika negara tersebut akhirnya gagal utang dan keluar dari zona mata uang euro. Business Insider memperkirakan terjadinya penarikan dana besar-besaran secara serentak oleh masyarakat, yang kemudian diikuti oleh kapital kontrol (pembatasan jumlah pengambilan uang dari bank).
Akibat selanjutnya, sektor perbankan Yunani akan mengalami krisis likuiditas karena menghadapi dua tekanan sekaligus, yang pertama dari masyarakat yang hendak menarik dana. Kedua, dari bank sentral Eropa yang tidak lagi menyediakan dukungan darurat.
Konsekuensi selanjutnya, menurut Business Insider, adalah respons keras dari masyarakat yang kecewa dan kemudian memicu kerusuhan sosial.
BISNIS.COM
Berita terkait
Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?
2 hari lalu
Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah
6 hari lalu
Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaDampak Serangan Houthi, Volume Perdagangan Lewat Terusan Suez Anjlok hingga 50 Persen
58 hari lalu
Volume perdagangan lewat Terusan Suez turun hingga 50 persen dalam dua bulan pertama 2024 akibat serangan Houthi.
Baca SelengkapnyaProfil Shehbaz Sharif, Dua Kali Pemenang Posisi Perdana Menteri Pakistan
4 Maret 2024
Shehbaz Sharif, yang kembali menjabat perdana menteri Pakistan untuk kedua kali, telah memainkan peran penting dalam menyatukan koalisi yang berbeda.
Baca SelengkapnyaSetelah Bertemu Para Menkeu, Sri Mulyani Berkunjung ke Pasar dan Museum di Brasil
3 Maret 2024
Menteri Keuangan Sri Mulyani menghabiskan sisa waktunya di So Paulo Brasil dengan mengunjungi museum dan pasar. Begini cerita perjalanannya.
Baca SelengkapnyaShehbaz Sharif Terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan untuk Kedua Kali
3 Maret 2024
Shehbaz Sharif mengalahkan Omar Ayub dan kembali menduduki posisi Perdana Menteri Pakistan yang ditinggalkannya pada Agustus tahun lalu.
Baca SelengkapnyaPartai Independen Dukungan Imran Khan Raih Suara Terbanyak dalam Pemilu Pakistan
12 Februari 2024
Hasil akhir pemilu Pakistan menempatkan partai independen, dukungan mantan PM Imran Khan yang dipenjara, memimpin dengan 93 dari 264 kursi.
Baca SelengkapnyaPemilu Pakistan Diganggu ISIS, Lima Polisi Tewas di Hari Pemungutan Suara
8 Februari 2024
ISIS mengganggu pemilu Pakistan, sedikitnya lima polisi tewas dalam serangan militan ketika negara itu melakukan pemungutan suara.
Baca SelengkapnyaKemenkeu Optimistis Pertumbuhan Ekonomi RI Tembus 5,2 Persen di 2024, Ini Sebabnya
7 Februari 2024
Kementerian Keuangan memperrkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih kuat pada 2024. Apa sebabnya?
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Dorong Pendanaan Berkelanjutan untuk Atasi Perubahan Iklim
29 Januari 2024
Indonesia turut mengalami dampak dari perubahan iklim ekstrem, Sri Mulyani bilang, pendanaan berkelanjutan bisa menjadi jawaban untuk mengatasi perubahan iklim.
Baca Selengkapnya