Politikus PDIP Sukur Nababan Akan Revisi UU Jasa Konstruksi  

Reporter

Jumat, 12 Juni 2015 11:27 WIB

Pembangunan gedung di Jakarta, Rabu (21/1). Melambatnya pertumbuhan sektor riil berpengaruh terhadap bisnis konstruksi yaitu penurunan 20 persen dari proyek swasta yang melibatkan pihak jasa konstruksi secara nasional. TEMPO/Puspa Perwitasari

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Sukur Nababan mengatakan akan merevisi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.

"Desakan itu datang dari aspirasi Asosiasi Pengusaha Konstruksi Indonesia yang perlu kita akomodasi demi perbaikan bangsa," katanya di Bekasi, Jawa Barat, Kamis, 12 Juni 2015.

Hal itu dikatakan Sukur saat Musyawarah Provinsi III Aspekindo bertajuk "Peran Aktif DPP Aspekindo Jawa Barat Mendorong Perubahan UU 18/1999 tentang Jasa Konstruktusi ke Arah Terwujudnya Independensi".

Dia mengaku telah menyusun materi untuk menyuarakan aspirasi tersebut dalam pembahasan di DPR.

"Draf RUU yang saat ini sudah berada di panitia kerja banyak yang tidak relevan isinya dengan aspirasi para pelaku konstruksi yang nantinya akan merasakan implementasi undang-undang tersebut," katanya.

Menurut politikus PDIP itu, materi yang ia siapkan diklaim tidak akan berujung gugatan di Mahkamah Konstitusi usai disahkan.

Adapun materi yang disiapkannya sebagai bahan alternatif pada RUU Jasa Konstruksi itu menyangkut hubungan antara para pemangku kepentingan di bidang tersebut, mulai dari pemerintah, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi, asosiasi jasa konstruksi, pengusaha konstruksi, sampai pengguna jasa konstruksi.

"Peran dan fungsi masing-masing pihak tersebut harus diluruskan karena saat ini banyak yang salah kaprah, hingga mengakibatkan mandegnya perkembangan jasa konstruksi," katanya.

Unsur yang dianggapnya paling salah kaprah dewasa ini ialah Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK), yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah.

Menurut dia, LPJK yang sesungguhnya berfungsi sebagai pembina asosiasi kini justru melakukan pelatihan langsung kepada pengusaha dan pekerja serta melakukan akreditasi terhadap para pengusaha jasa konstruksi.

"Unsur yang tergabung dalam LPJK saat ini dipilih oleh DPR dengan persetujuan presiden, sehingga tentu tidak berkompeten melakukan akreditasi," katanya.

Idealnya, kata dia, LPJK beranggotakan unsur dari pemerintah, pakar, asosiasi perusahaan, dan para pelaku usaha, sehingga tepat jika kemudian melakukan akreditasi.

Unsur lain yang juga tidak berjalan efektif adalah asosiasi jasa konstruksi yang semestinya menjalankan fungsi sertifikasi terhadap badan usaha dan pekerja.

"Namun pada kenyataannya, saat ini ratusan asosiasi yang ada justru dipertanyakan kompetensinya. Yang ada pun sifatnya impoten karena tidak dapat menjalankan fungsi pembinaan terhadap anggotanya," katanya.

ANTARA

Berita terkait

Ditargetkan Rampung November 2024, Begini Perkembangan Konstruksi Tol Probolinggo-Banyuwangi Tahap 1

3 hari lalu

Ditargetkan Rampung November 2024, Begini Perkembangan Konstruksi Tol Probolinggo-Banyuwangi Tahap 1

Pembangunan jalur Tol Probolinggo-Banyuwangi Tahap 1 mencapai 35,84 persen hingga April 2024. Kejar tayang agar rampung sebelum ujung tahun.

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Kedua 2024 Melambat

12 hari lalu

LPEM FEB UI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Kedua 2024 Melambat

BPS menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,11 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada triwulan I 2024.

Baca Selengkapnya

Penataan Kawasan Cagar Budaya Nasional Muara Jambi Siap Dilakukan

21 hari lalu

Penataan Kawasan Cagar Budaya Nasional Muara Jambi Siap Dilakukan

Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid minta pembangunan fisik Kawasan Cagar Budaya Nasional Muara Jambi dilakukan dengan standar yang baik.

Baca Selengkapnya

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

23 hari lalu

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

BTN mengusulkan skema dana abadi untuk membiayai program 3 juta rumah yang dicanangkan oleh pasangan Capres-cawapres terpilih Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Hunian Modular Berkelanjutan Dibangun di Kawasan Inti IKN, Apa Keunggulannya?

23 hari lalu

Hunian Modular Berkelanjutan Dibangun di Kawasan Inti IKN, Apa Keunggulannya?

Otoritas Ibu Kota Nusantara (OIKN) menyatakan akan menggunakan sistem modular untuk membangun hunian di IKN. Apa itu sistem hunian modular?

Baca Selengkapnya

Tol Tangerang Merak dari Serang Barat - Cilegon Timur Dilebarkan Jadi 3 Lajur, Ditargetkan Selesai Awal 2025

23 hari lalu

Tol Tangerang Merak dari Serang Barat - Cilegon Timur Dilebarkan Jadi 3 Lajur, Ditargetkan Selesai Awal 2025

Astra Infra Toll Road Tangerang-Merak pada tahun ini memulai pekerjaan proyek konstruksi penambahan lajur ketiga pada segmen Serang Barat (KM 77+375) sampai dengan Cilegon Timur (KM 87+150).

Baca Selengkapnya

Sederet Dugaan Penyebab Tol Bocimi Longsor, Salah Konstruksi?

44 hari lalu

Sederet Dugaan Penyebab Tol Bocimi Longsor, Salah Konstruksi?

Penyebab jalan Tol Bocimi longsor hingga saat ini masih diselidiki

Baca Selengkapnya

Longsor di Tol Bocimi, Pengamat: Tidak Laik Fungsi, Konstruksi Ulang

45 hari lalu

Longsor di Tol Bocimi, Pengamat: Tidak Laik Fungsi, Konstruksi Ulang

Koordinator Indonesia Toll Road Watch, Deddy Herlambang menilai bahwa amblasnya jalan tol Bocimi itu karena kegagalan konstruksi.

Baca Selengkapnya

Bos Waskita Karya Beberkan Utang Perseroan Tembus Rp 41,2 Triliun: Butuh 17 Tahun untuk Lunas

20 Maret 2024

Bos Waskita Karya Beberkan Utang Perseroan Tembus Rp 41,2 Triliun: Butuh 17 Tahun untuk Lunas

Direktur Utama Waskita Karya Muhammad Hanagroho membeberkan utang perusahaan hingga akhir Desember 2023 yang mencapai Rp 41,2 triliun.

Baca Selengkapnya

Perusahaan Konstruksi Terbesar di Asia Tengah Jajaki Peluang Investasi di IKN

23 Februari 2024

Perusahaan Konstruksi Terbesar di Asia Tengah Jajaki Peluang Investasi di IKN

Otorita Ibu Kota Nusantara mengatakan perusahaan konstruksi terbesar di Asia Tengah, BI Group, saat ini tertarik untuk menanamkan modalnya di IKN.

Baca Selengkapnya