Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II Menuju Perbaikan

Reporter

Selasa, 9 Juni 2015 13:03 WIB

TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi nasional kuartal II/2015 diproyeksi masih tetap melambat. Otoritas moneter memproyeksi laju produk domestik bruto (PDB) kuartal itu berada di level 4,9% sehingga posisi tahun ini di kisaran 5%-5,4% jauh dari asumsi dalam APBNP 2015 sebesar 5,7%.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan faktor penopang pertumbuhan masih dari pemerintah khususnya terkait belanja modal yang pada kuartal I belum dieksekusi bersamaan dengan terkontraksinya ekspor.

"Masih lemahnya permintaan global dan rendahnya harga komoditas membuat perekonomian melambat. Namun mulai kuartal II akan menunjukkan perbaikan sejalan dengan implementasi proyek," katanya dalam rapat kerja dengan Kemenkeu, Kementerian PPN/Bappenas, dan Komisi XI DPR, Senin (8 Juni 2015).

Agus mengungkapkan akselerasi pertumbuhan ekonomi tahun ini memang hanya akan bergantung pada belanja pemerintah dan investasi swasta sejalan dengan upaya pembenahan dan pembangunan beberapa infrastruktur nasional.

Menurutnya, akan ada pergerakan positif di sisi ekspor, tapi pemerintah tidak bisa bergantung penuh menyusul masih rendahnya harga komoditas dan belum pulihanya permintaan global. Selain itu, faktor perlambatan China masih juga membayangi.

Dari sisi konsumsi, sejalan dengan kebijakan pelonggaran makroprudensial, lanjut Agus, akan ada stimulus bagi masyarakat. Walaupun demikian, Bank Indonesia tetap pada kebijakan ketat di sisi suku bunga acuan (BI Rate) yang hingga saat ini masih bertengger di 7,5%.

Tanpa menyebut proyeksi besaran laju PDB kuartal II, Menkeu Bambang Brodjonegoro mengungkapkan outlook pemerintah pada tahun ini masih di level 5,4% kendati meleset dari asumsi APBNP 2015.

Menurutnya, beberapa kebijakan yang akan diluncurkan seperti kenaikan batasan penghasilan tidak kena pajak (PTKP) dari Rp24,3 juta per tahun menjadi sekitar Rp36 juta serta pembebasan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) pada mebel, furniture, barang elektronik, dan aksesoris akan mampu menstimulus konsumsi masyarakat.

Kepala Ekonom BCA David Sumual juga menilai perekonomian nasional pada kuartal II juga masih akan melambat di bawah 5% (year on year) kendati pemerintah sudah menggaungkan mulai mempercepat belanja.

Menurutnya, sinyal perlambatan tersebut sebenarnya sudah terlihat dari realisasi penerimaan pajak maupun bea dan cukai posisi akhir Mei. Masih terkontraksinya pajak atau cukai atas konsumsi masyarakat menunjukan tidak ada andil yang besar dari sisi konsumsi.

"Kelihatan drop sekali, aktivitas ekonomi melemah," katanya.

Menilik data Ditjen Pajak (DJP), pertumbuhan penerimaan pajak nonmigas posisi akhir Mei 2015 masih melambat di level 3,14% jauh di bawah periode yang sama tahun lalu 13,54%. Pertumbuhan PPh nonmigas 10,59% - masih jauh dari pertumbuhan alamiahnya tidak bisa mengompensasi penurunan di pos lainnya, terutama pos PPN dan PPnBM yang terkontraksi 6,07%.

Secara nominal, penurunan terbesar ada pada pos PPN impor yang tercatat Rp53,7 triliun atau terjun 10,72% dari posisi tahun lalu Rp60,1 triliun.

Sementara, dari penerimaan bea dan cukai, realisasi penerimaan akhir Mei yang tercatat per 3 Juni 2015 hanya senilai Rp59,05 triliun, terkontraksi sekitar 12,5% dari capaian periode yang sama tahun lalu Rp67,49 triliun.

Menurut David, pada kuartal selanjutnya, diharapkan ada kenaikan di sisi konsumsi masyakarat akibat beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah dan Bank Indonesia.

BISNIS.COM

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

2 jam lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

2 jam lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

3 jam lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

6 jam lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

10 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

3 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

3 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

4 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

4 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya