Pemerintah Wajibkan Semua Produk Cantumkan Merek Terdafta

Reporter

Rabu, 20 Mei 2015 21:08 WIB

Rahmat Gobel. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perdagangan berencana untuk mengeluarkan peraturan menteri perdagangan yang mewajibkan merek-merek dari semua produk terutama bahan pokok wajib terdaftar agar pemerintah lebih mudah untuk melakukan pengawasan.

"Sekarang ini produk dengan berbagai merek itu kita tidak pernah tahu siapa produsennya, kita akan melakukan pengaturan kembali agar mengetahui sumber dan produsen dari merek tersebut," kata Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel, di Jakarta, Rabu.

Rachmat mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk melakukan pengkajian terkait rencana tersebut. Rencana untuk mewajibkan merek wajib terdaftar itu, untuk memudahkan penelusuran produsen dari produk tersebut apabila terjadi permasalahan.

Rencana tersebut sehubungan dengan ditemukannya penjualan beras yang diduda mengandung plastik atau biasa disebut beras sintetis di Indonesia. Beras sintetis yang ditemukan di Kota Bekasi, Jawa Bara, tersebut tidak jelas berasal dari mana asal usulnya.

"Nantinya akan bisa ditelusuri jika terjadi sesuatu, siapa produsennya, peredarannya dimana dan juga siapa importirnya. Kita akan identifikasi terlebih dahulu, yang pasti akan kita atur," kata Rachmat.

Rachmat menjelaskan, nantinya semua merek akan terdaftar baik untuk bahan kebutuhan pokok maupun yang non kebutuhan pokok yang bertujuan untuk melindungi para konsumen dari peredaran produk berkualitas rendah ataupun yang membahayakan.

"Nanti pedagang juga harus tahu darimana barang tersebut, jangan sampai masyarakat dirugikan. Kalau sekarang (terkait beras sintetis) masyarakat itu dirugikan. Benar atau tidaknya soal beras itu, mereka dirugikan," kata Rachmat.

Sementara itu, Direktur Jenderal Standarisasi dan Perlindungan Konsumen, Widodo, menyatakan bahwa terkait dengan beras sintetis yang ditemukan di Kota Bekasi, Jawa Barat tersebut hingga saat ini masih dalam tahap uji laboratorium.

"Sampai saat ini uji laboratorium masih dilakukan untuk memastikan apa benar beras tersebut mengandung plastik atau tidak," kata Widodo.

Widodo menjelaskan, apabila memang beras tersebut mengandung plastik, sesungguhnya tidak efisien untuk meraup keuntungan tinggi, dikarenakan bijih plastik itu harganya tidak lebih murah daripada beras itu sendiri.

"Untuk beras ini tidak efisien, tidak ada makna mengambil keuntungan, tidak masuk akal sebenarnya," kata Widodo.

Jika dilihat dari sisi ekonomi, mencampur atau mengoplos plastik ke dalam beras tidak akan memberikan keuntungan, dikarenakan harga bijih plastik sebesar tiga kali lipat dari harga beras itu sendiri. Sementara berdasarkan temuan di Kota Bekasi tersebut, harga beras yang diduga mengandung plastik tersebut dijual dengan harga Rp8.000 per liter.

ANTARA

Berita terkait

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

1 hari lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya

Wamendag ke Mesir Bahas Perjanjian Dagang Bilateral di Tengah Kondisi Ekonomi Global yang Tidak Stabil

2 hari lalu

Wamendag ke Mesir Bahas Perjanjian Dagang Bilateral di Tengah Kondisi Ekonomi Global yang Tidak Stabil

Pemerintah Indonesia terbuka terhadap pemanfaatan transaksi imbal dagang business-to-business (b-to-b).

Baca Selengkapnya

Menko Airlangga Bahas Produk Susu dengan Menteri Perdagangan Inggris: RI akan Lakukan Deregulasi

3 hari lalu

Menko Airlangga Bahas Produk Susu dengan Menteri Perdagangan Inggris: RI akan Lakukan Deregulasi

Menko Airlangga menegaskan Indonesia tengah melakukan deregulasi yang menekankan mekanisme lebih mudah untuk pendaftaran produk susu dan turunannya.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

3 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

4 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Didesain sebagai Kota Cerdas, IKN Bakal Hadirkan Smart Transportation and Mobility

6 hari lalu

Didesain sebagai Kota Cerdas, IKN Bakal Hadirkan Smart Transportation and Mobility

OIKN bakal mengembangkan sistem transportasi cerdas di IKN.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

7 hari lalu

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya

Harga Emas Antam Naik Rp 7.000 ke Level 1.326.000 per Gram

7 hari lalu

Harga Emas Antam Naik Rp 7.000 ke Level 1.326.000 per Gram

Harga emas Antam hari ini naik Rp 7.000 ke level Rp 1.326.000 per gram.

Baca Selengkapnya

Harga Emas Antam Hari Ini Ajek di Level Rp 1.319.000 per Gram

8 hari lalu

Harga Emas Antam Hari Ini Ajek di Level Rp 1.319.000 per Gram

Harga emas Antam hari ini sama dengan perdagangan hari kemarin, yakni Rp 1.319.000 per gram.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

9 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya